Senin, 09 Juni 2008

Harapan akan Masa Depan

Sabtu kemaren umurku bertambah satu, waktu terasa bergerak sangat cepat hingga tak terasa umurku sudah mendekati kepala empat, masih ada beberapa tahun lagi untuk menuju kesana, kata orang memasuki umur 40, umumnya orang memasuki masa jaya dalam hidupnya.
Seharusnya memang begitu, memasuki usia itu seseorang sudah sepantasnya menikmati hasil kerja keras yang sudah dia bangun bertahun-tahun, artinya waktuku tidak banyak lagi untuk menghasilkan hal itu, tetapi bukan kekayaan atau kenyamanan hidup yang aku maksudkan, aku berfikir ketika memasuki usia 40 tahun aku seharusnya sudah tahu apa yang harus aku kerjakan dengan pasti dalam hidup ini dan mantap dengan apa yang aku pilih.
Sebenarnya saat inipun aku sudah tahu apa yang aku ingin kerjakan dan telah mengerjakannya walau masih ada keterbatasan yang menghalangi namun targetku adalah saat usiaku 40 tahun apa yang aku kerjakan menjadi mapan.
Berbicara tentang kekayaan, di dunia ini ada banyak sekali orang menghargai orang lain disebabkan hal itu, kekayaan. Aku menyebut kekayaan sebagai pengeras suara. Bila ada seseorang yang memiliki kekayaan berbicara, walau suaranya perlahan, pasti akan terdengar atau tepatnya didengar tetapi bila si miskin yang berbicara, kadang hingga setengah berteriak tatap saja kurang terdengar atau bahkan tidak terdengar sama sekali.
Disetiap level ada ukurannya, daripada menjadi kacung di tempat besar mendingan menjadi raja di tempat kecil begitu kata pepatah, jadi di level manapun kita berada berusahalah, bekerjalah dan berkaryalah hingga kita dapat menjadi seseorang yang dapat di dengar dan setelah melihat kehidupan aku menyimpulkan sebenarnya hal itu tidak hanya bergantung pada kekayaan semata-mata, tidak sedikit juga orang kaya yang dihindari orang dan orang miskin yang diindahkan orang, sikap seseorang juga menjadi kuncinya.
Tahun ini aku mengadakan percobaan, ditahun-tahun yang lalu aku memiliki kebiasaan mencatat tanggal ulang tahun teman dan mengucapkan pada saatnya dan memberi kado sekedarnya dan hasilnya saat aku berulang tahun ada banyak juga ucapan dan kado yang aku terima tetapi di tahun ini aku sengaja melupakan semua itu dan tidak melakukan kebiasaan itu dan ternyata benar aku tidak mendapat banyak ucapan, hanya dari beberapa keluarga dekat dan sahabat saja, tapi dari sana aku juga belajar sesuatu bahwa dalam segala keadaan orang-orang terdekat dan keluarga adalah orang-orang yang akan datang lebih duluan dan ada bersama kita dan bila kita melakukan hal baik pada orang lain maka kita akan menerimanya.
Dalam diriku muncul satu pemikiran bahwa banyak orang melakukan sesuatu karena mendapatkan hal yang sama tetapi tidak banyak seseorang melakukan sesuatu karena memang hal itu timbul dalam diri mereka, artinya orang melakukan yang baik secara sadar bahwa memang seharusnya demikian tetapi buat diriku sendiri sebetulnya aku lebih sering melakukan sesuatu karena aku memang senang melakukannya, diingat atau tidak buatku tidak jadi masalah hanya saja terkadang ada buruknya juga yaitu bila aku tidak suka aku tidak mau melakukannya padahal adakalanya kita harus melakukan sesuatu untuk orang lain walaupun kita tidak menyukainya itulah namanya sosialisasi, asal tidak bertentangan dengan hal yang prinsip seharusnya dilakukan, misalnya mengunjungi teman yang kesusahan padahal diri sendiri juga lagi susah, itu butuh kerelaan dan pengorbanan apalagi bila setelah melakukannya tidak ada balasan atau malah sebaliknya tidak diterima baik, itu perlu pengorbanan, paling tidak korban perasaan.
Itu sebabnya aku berfikir lebih baik aku melakukan apa yang aku suka dan bisa jadi tak ada masalah reward yang harus dipikirkan.
Tetapi dalam hidup ini kita harus terus belajar agar dapat menjadi lebih baik begitulah yang aku percaya termasuk belajar bersosialisasi walau tidak suka, kata orang suka karna biasa.
Begitulah perenunganku disaat usia bertambah, hidup adalah belajar dan yang terpenting adalah menguasai hati agar tidak tercemat oleh apapun juga, bila hati kita bersih, pikiran kita akan jernih dan kita akan mampu menugasai diri dan langkah kita tetapi bila hati kita kacau maka yang dihasilkanpun adalah hal yang kacau. Kata orang makin bertambah usia kita akan makin dewasa, benar juga, ada hal yang dulu tidak kusukai kini kunikmati tapi sebaliknya ada hal yang dulu kusukai sekarang tidak kuinginkan lagi.
Ke depan setiap kita harus lebih baik lagi agar tidak sia-sia kedatangan kita ke bumi ini.

Jumat, 06 Juni 2008

Tugas IRT

Kemaren aku diajak pulang kampung oleh saudaraku, tiket pesawat PP ditanggung, semua akomodasi, komsumsi dan transportasi selama disana tak perlu dipikir alias akan ditanggung semua, pendek kata tinggal bawa badan namun tentu saja harus ijin suami dahulu. Agar cepat aku sms saja,..........., tidak ada jawaban. Biasanya setiap sms selalu dibalas namun kali ini tidak dan akupun mengerti apa artinya.
Sore hari seperti biasa sepulang dari kantor kubukakan pintu buat suami tercinta tapi tidak seperti biasanya mukanya tampak lesu seperti orang sakit padahal setahuku dia tidak sedang sakit walau kemaren ada sedikit problem tekanan darah rendah tapi rasanya kemaren malah lebih segar dari hari ini.
Walau sebetulnya jawabannya sudah dapat kuduga namun saat makan malam aku masih penasaran, akhirnya kutanyakan juga apakah aku diijinkan pulang kampung atau tidak?
Seperti dugaanku dia keberatan dan kupikir tidak baik bila kupaksakan untuk pergi akhirnya aku mengalah, yach sudah tidak usah pergi.
Malamnya saat menemani anakku tidur kuceritakan pada anakku dan dia katakan:" yach sudah kita dirumah saja selama liburan, tak apa-apa kok, bila papi bilang tidak usah pergi yach tidak usah pergi kan kata mami papi pemimpin di rumah ini, jadi harus kita turuti"
Begitu celotehnya tegas dan tanpa rasa apa-apa, padahal aku sempat berfikir enak juga sekali-kali lepas tugas sebagai IRT dan jadi pelancong apalagi selama sebulan, kedengarannya cukup menyenangkan tapi berpisah dengan suami selama itu juga bukan hal yang menyenangkan. Mungkin keletihan akhir-akhir ini membuatku berfikir tentang liburan lagian anak sekolah juga sebentar lagi libur tapi kusadari tidak ada libur buat seorang Ibu Rumah Tangga, tidak ada cuti dari tugas rutin di rumah apalagi bila tidak punya pembantu, bukan hal yang mengasikkan, tapi juga bukan hal yang buruk sebetulnya, hanya saja dengan begitu seharusnya para lajang bisa menyadari untuk menikmati masa lajangnya dengan gembira, karena banyak juga dari teman-temanku yang masih lajang eh malah sering pusing karena masih jomblo. Yach sih jika udah kepala 3 dalam usia dan masih jomblo emang khawatir juga tapi bila dipikir yach dinikmati sajalah, dalam tiap tahap ada suka dukanya, itulah hidup.
Aku jadi ingat ketika jomblo dulu aku sering pelancong kemana-mana, ada untungnya juga, tempat jauh yang sekarang sulit aku lalui, paling tidak sudah pernah kukunjungi walau belum ke seluruh wilayah Indonesia, tapi siapa tahu suatu saat nanti aku bisa keliling lagi tapi kali ini tentu saja sama suami dan anak tercinta sama seperti saat tour ke java yang kami lakukan beberapa waktu lalu, asik juga. Memasuki musim liburan hasrat untuk berlibur jadi terusik dan ini tentu saja bukan bagian tugas dari Ibu Rumah Tangga.