Selasa, 30 Desember 2008

Pesan Untuk Tahun Depan

Tak terasa tahun 2008 sehari lagi berlalu dan tahun 2009 segera datang.
Tahun demi tahun berlalu dan datang begitu cepat, adakalanya kita tidak merasabanyak hal telah berubah seiring pergantian waktu, sedangkan ada banyak orang tetap tidak berubah. Bila kita ingin melihat perubahan yang paling nyata yang ada di sekitar kita, lihatlah anak-anak, anak andakah, anak tetangga, saudara atau siapapun yang ada disekitar anda dan anda akan dapat melihat bahwa ternyata waktu telah membawa banyak sekali perubahan dan andapun dapat menyadari bahwa keberadaan anda di bumi ini kian hari kian bertambah tua.............
Satu pertanyaan yang ditanyakan orang yang terdekat denganku malam itu adalah........
" apa yang kita cari dalam hidup ini ?"
Pertanyaan yang sama juga ditanyakan oleh seorang rohaniawan pada keesokan harinya.
Mendekati tahun baru memang banyak sekali orang selalu mencoba untuk merenung, apa yang sudah dilakukan di waktu lalu dan apa yang akan dilakukan di tahun depan.
Ada yang mengatakan hidup ini seperti roda yang berputar, kadang diatas dan kadang dibawah tetapi tidak jarang orang yang menyadari bahwa sesungguhnya hidup ini adalah seperti anak tangga. Pendapat yang kita percaya akan menentukan langkah kita, bila kita percaya bahwa hidup seperti roda maka kita cenderung mengalir saja tetapi bila kita berkata hidup seperti anak tangga maka kita harus menatanya sejak dari tangga pertama.
Tidak ada sukses tanpa kerja keras, bila anda tidak merencanakan apa-apa maka anda sedang merencanakan kegagalan, dan ada banyak lagi kata-kata bijak yang dapat kita baca dan dengar, semua itu baik tapi kita sendiri harus memiliki kesadaran bahwa kita harus melangkah.
Kembali kepada : Hidup adalah seperti anak tangga.
Bila kita menyadari sejak awal maka kita harus menata segala sesuatunya dalam hidup kita yang terutama adalah tentang keuangan kita. Langkah yang kita ambil hari ini dalam keuangan akan menentukan hasil akhir dari hidup kita nantinya. Bila hari ini kita banyak berhutang maka besok kita pasti akan ditagih oleh yang memberi hutang. Bila hari ini kita banyak menabung maka besok kita pasti dapat menerima uang berikut bunganya.
Sebenarnya ini adalah hal yang sangat sederhana namun banyak sekali orang-orang yang kujumpai dari kalangan ekonomi lemah, menengah sampai atas yang tahu akan hal ini tapi tetap berada dalam situasi ini. Dengar-dengar krisis dunia yang terjadipun disebabkan karena hal ini jadi sadarilah betapa hutang itu adalah penyakit yang amat berbahaya dan berjanjilah pada diri sendiri untuk lari jauh-jauh dari jeratnya atau bebaskan diri anda bila saat ini anda masih berada dalam kondisi berhutang karena tahun-tahun kedepan akan semakin sulit dan hanya orang-orang yang bebaslah yang dapat menang.
Sebaiknya tatalah keuangan anda dari sekarang sebelum segala sesuatunya terlambat, berhematlah jika hal itu memang diperlukan dan janganlah sungkan untuk menurunkan gaya hidup anda bila itu sudah menjadi tuntutan. Jangan hidup di alam mimpi bahwa segala sesuatu akan baik-baik saja dan Tuhan pasti cukupkan tapi bangunlah dari tidur dan mulailah menata hari karena Tuhan pasti memberkati orang yang menata hidupnya dengan tertib, dan bangunlah anak tangga hidup anda agar hidup kita terus naik meskipun perlahan.

Selasa, 09 Desember 2008

Kestabilan Emosi

Ada yang mengatakan, Pria biasanya lebih rasional sedangkan wanita cenderung emosional. Ada pula yang mengatakan, seseorang yang berpendidikan tinggi, baik pria maupun wanita cenderung lebih rasional daripada orang yang tidak berpendidikan.
Rasanya pernyataan diatas ada benarnya, namun menurudku lingkungan seseorang sangat menentukan apakah seseorang akan menjadi lebih rasional atau emosional.
Lepas dari jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial dan lainnya, lingkungan dimana seseorang berada atau terlahir akan sangat berpengaruh pada keberadaan orang tersebut, meskipun respon dari orang tersebut juga sangat menentukan, namun sedikit banyak lingkungannya akan memberi pengaruh.
Itu sebabnya menurudku penting sekali bagi seseorang untuk menciptakan lingkungan yang baik dan biasanya yang harus bertanggung jawab adalah seorang pemimpin.
Dalam sebuah keluarga, sebuah perusahaan, sebuah organisasi atau apapun itu. Pertama-tama pemimpinlah yang harus menciptakannya maka semua anggota dari jajaran yang paling atas sampai yang paling bawah akan mengikutinya.
"Ikan busuk mulai dari kepalanya"
Istilah ini kedengaran biasa tapi itulah kenyataannya bahwa seekor ikan akan busuk dimulai dari kepalanya, yang berarti pemimpinlah yang menentukan apakah tubuhnya [anggotanya] akan sehat atau membusuk.
Bila seorang suami atau kepala keluarga gampang emosional maka cepat atau lambat akan mempengaruhi istrinya meskipun pada awalnya sang istri adalah orang yang paling lembut dan sabar didunia dan kemudian akan berpengaruh pada anak-anak mereka dst.
Seorang pemimpin yang memiliki kontrol emosi yang sangat baik akan berdampak pada bawahannya bahkan yang paling emosional sekalipun. Disinilah bawahan akan melihat dan belajar untuk mengikuti teladannya.
Memiliki emosi yang stabil dapat dilatih. Seseorang dapat terlihat sangat stabil dalam penampilan luarnya namun tidak pada kenyataannya. Hanya orang-orang terdekat dan orang-orang yang tidak dianggap lah yang akan mengetahui dan melihat hal itu dengan sangat jelas. Seorang aktor yang baik dapat berperang sebagai orang yang paling sabar atau paling jahat didunia. Ini hanya masalah latihan dan penjiwaan.
Seseorang yang sangat sadar akan citra diri atau posisinya [istilahnya jaim] akan mengontrol dirinya dengan baik sehingga akan tampak seperti memiliki emosi yang stabil.
Untuk mengetahui keaslian emosi seseorang, akan tampak ketika orang tersebut mengalami ketidaknyamanan yang mengusik ego dirinya dan tekanan yang menekan mental dan fisiknya. Hanya orang-orang yang mengosongkan diri dan memiliki tujuan yang jelas yang mampu memilikinya.
Yang kusadari adalah, kestabilan emosi tidak akan ada jika kita menghindari konflik. Reaksi awal yang buruk tidak membuktikan bahwa seseorang tidak memiliki kestabilan emosi. Untuk menjadi stabil seseorang perlu mengalami gejolak sehingga dia dapat merasakan apa arti gejolak dan ketika dia dapat tenang dalam gejolak itulah saatnya dia disebut stabil. Untuk mencapai titik stabil seseorang perlu menghadapi berbagai konflik dan gejolak atau situasi yang tidak enak. Bukan ketika semuanya tenang seseorang disebut stabil namun ketika semuanya bergejolak dan berantakan tapi seseorang dapat tetap tenang tanpa reaksi buruk di dalam hatinya, itulah kestabilan.
Pada dasarnya emosi yang buruk, tidak stabil, tidak baik buat kehidupan seseorang, dan bila ditanya tidak akan ada satu orangpun yang menghendaki memiliki emosi yang buruk, namun seringkali situasi, kondisi dan orang-orang lah yang menciptakannya. Itu sebabnya reaksi awal dari seseorang tidak dapat menstempel diri orang tersebut, hasil akhirlah yang seharusnya menentukan.
Tidak jarang dari kisah dan kasus yang pernah kulihat adanya peranan seseorang terutama pemimpin dalam mencetak ulang seseorang yang awalnya buruk menjadi baik. Bahan utama dari kesemua kisah tersebut adalah kasih yang tulus yang diungkapkan, perhatian, kesabaran, teladan yang diperlihatkan, pengorbanan dan kontak langsung.
Adalah sulit bagi bawahan untuk menggapai atasan namun masalah mudah bagi atasan untuk menggapai bawahan.
" Jadilah seseorang yang memposisikan diri sebagai pemimpin sehingga anda dapat menemukan banyak orang yang sebenarnya butuh ditolong dan jadilah pemimpin yang mudah digapai, sehingga kasih anda mudah terasa dan perhatian serta pengorbanan anda bukan isapan jempol belaka".

Selasa, 28 Oktober 2008

Curhat

2 bulan aku absen dari menulis blog, kesibukan yang amat sangat padat membuatku gak punya tenaga lagi untuk tulis-menulis walau sering rasa kangen untuk curhat di blog menyerang. Tidak memiliki teman yang cocok untuk curhat menjadikan blog adalah tempat yang paling aman dan nyaman untuk curhat, menuliskan perasaan, impian, ide dan segala yang ada dalam hati.
Kehilangan anak muda yang sering cerita tentang blog dan dunia muda dengan bahasa dan gaya yang enak untuk dinikmati juga membuatku kurang bersemangat walaupun aku sering mengunjungi blognya untuk mencari tahu siapa tahu dia menuliskan alasannya disana.

Kesibukan sebagai ibu rumah tangga yang tanpa PRT telah menyita hampir separuh waktuku setiap hari, ditambah lagi membantu mengurus laporan keuangan usaha milik orang banyak yang ternyata seperti mengurus sebuah perusahaan yang baru mulai juga cukup menyita waktuku sampai-sampai di awal-awal usaha Program Akuntansi milikku sendiri agak terbengkalai.
Setelah 2 bulan ini aku mulai agak sedikit bernapas dan mulai menata ulang waktuku meskipun kepadatan pekerjaan belum hilang sampai-sampai adakalanya aku tertidur kelelahan, boro-boro mau ngegosip, kumpul ama orang-orang yang berarti bagikupun terbengkalai.
Saat ini belum walau masih padat aku coba untuk menata ulang waktu dengan ketat, apalagi aku punya target untuk meluncurkan produk Program baruku tahun depan dan itu hanya tinggal 2 bulan lagi aku belum start apa-apa tapi aku tahu bila ada kemauan selalu ada jalan.
Tidak seorangpun mengerti akan kesibukan dan kelelahan yang secara otak dan fisik terkadang aku hadapi tetapi selalu ada kekuatan baru dan penghiburan dari dalam diriku sendiri bahwa orang yang masih dapat bekerja dan melakukan sesuatu itu adalah anugerah.
Mengingat kepadatan pekerjaan yang harus aku jalani aku malas melakukan hal-hal yang harus memperhadapkanku pada konflik antar sesama terutama dalam mengurus laporan usaha bersama tersebut, bukan karena aku tidak mendapatkan upah apa-apa tetapi lebih kepada keenggananku menghadapi orang-orang yang tidak tahu apa-apa tapi sok tahu dan juga orang-orang yang terkadang memakai pola Raja, begitu bersabda segalanya harus beres dan sempurna, belum lagi bila harus berlama-lama menjelaskan sesuatu pada seseorang.
Aku akui aku memang kurang pandai dalam berkomunikasi, memang karna kurang berlatih dan juga aku bukan jenis orang yang suka ngobrol berlama-lama karena banyak yang harus aku selesaikan, tetapi di lain sisi bila udah mendapat orang yang enak dan dapat diajak bicara terutama bertukar pikiran biasanya aku sukar berhenti.
Bagusnya sekarang aku sudah tidak perduli dengan apa kata orang, selama hatiku baik dan nuraniku tidak menegur aku jalan terus dan lakukan apa yang dapat kulakukan, meskipun ada yang menilai jelek, bersikap jelek atau apalah, bagiku itu tidak penting, aku tidak mau hariku jadi rusak hanya gara-gara memikirkan kata orang, karena dari pengalamanku, sebaik apapun aku berusaha aku tidak akan mampu menyenangkan semua orang, dan bahkan orang yang aku nilai paling baik dan paling dapat mengerti dirikupun dapat juga salah mengerti tentang aku dan lebih memilih mendengarkan orang lain yang dapat mendekat dengan lebih sempurna, dan bila itu diingat-ingat hanya menyisihkan rasa tak nyaman saja, jadi aku berkesimpulan bila aku dapat jelaskan aku akan jelaskan dengan baik, bila tidak yach sudah, mengalir saja, yang penting dimata Tuhan walau aku tidak sempurna Ia tetap setia dengan kasihNya.
Bila aku stop dan berlama-lama karena ada masalah bisa-bisa pekerjaanku jadi menggunung dan tanggung jawabku terbengkalai.
Jadi, apapun yang terjadi dalam hidup ini, tetap berdiri dan berjalan kembali.
Kitalah yang mengatur hidup kita, kitalah yang berkuasa untuk menentukan langkah kita.
Maju terus.........................selama hayat masih dikandung badan.............kata lagu.

Sabtu, 23 Agustus 2008

Kemardekaan

Hari-hari ini dimana-mana tampak diselenggarakannya perayaan hari kemardekaan.
Di sebuah sekolah saat perayaan hari kemardekaan berlangsung seorang guru menjelaskan kepada murid-muridnya mengenai kemardekaan, guru itu berkata "kita sudah mardeka, kalian tahu bahwa kita sudah mardeka ?" Seorang anak menjawab "saya belum mardeka Pak"
Dengan heran sang guru bertanya, kenapa? Sang anak menjawab :
"Saya belum mardeka dari PR-PR, Extrakulikuler dan ditambah lagi les ini dan, pulang sekolah saya sudah harus les, terkadang belum pulang dari sekolah aja saya sudah diuber-uber karna takut terlambat ke tempat les, malamnya masih harus belajar, saya capek Pak, saya rasa saya belum mardeka." Jawab sang anak lantang.

Cerita diatas adalah realita dari kehidupan anak-anak zaman sekarang, tuntutan yang terlalu tinggi kadang-kadang justu datang dari orang tua sendiri, berbagai alasan diutarakan oleh sekian banyak orang tua, ingin anaknya pandai, ingin anaknya memiliki bekal yang baik, ingin anaknya menggunakan waktu untuk hal-hal yang berguna daripada main dan nonton tv dan segudang keinginan lain yang sebetulnya baik menurud orang tua tapi bagaimana menurud sang anak? Ada lagi orang tua yang ingin anaknya banyak kegiatan agar mereka tidak usah repot mengurus dengan alasan sibuk mempersiapkan masa depan sang anak.

Hari ini saya belajar dan bercermin, adakah saya melakukan hal yang sama ?
Melahirkan seorang anak memang tidak sulit namun mendidik dan membuat mereka menjadi sosok yang berarti dan baik, inilah yang tidak mudah.
Seorang anak tidak cukup hanya diberi yang terbaik yang dapat dilakukan oleh materi : sekolah terbaik, pengasuh terbaik, guru les terbaik, semua kebutuhan hidup yang terbaik tetapi seorang anak memiliki sisi lain yang harus dipenuhi yaitu sisi emosi mereka.
Anak akan merasa lebih aman bila dia mengetahui bahwa orang yang mengasihi dia dan dia kasihi salalu ada kapan saja dia butuh, orang tersebut adalah ayah dan ibu.
Ibu yang baik akan selalu dekat dengan anak perempuan dan ayah yang baik akan menjadi figur bagi anak laki-lakinya, tetapi setiap anak membutuhkan keutuhan dari keduanya.

Anak adalah sebuah pribadi, mereka itu unik meskipun keluar dari rahim yang sama dan sebagai orang tua terutama ibu, sangat penting untuk dapat mengenaili anaknya secara mendalam dan hal ini hanya dapat terjadi bila ibu selalu ada bersama anaknya dalam setiap langkah mereka, mulai sejak dalam kandungan dan sampai mereka menjadi pribadi yang mandiri.

Sejak saya bekerja di luar rumah, anak saya dekat dengan saya, dia sering sulit ditinggal karena selalu ingin dekat, namun ketika saya tidak bekerja dan ada di rumah hampir 24 jam bersama
dia, saya mendapati sisi-sisi lain dari diri anak saya yang dulu hampir-hampir tidak terlihat.
Anak sayapun bisa bercerita apa saja yang dulu tidak dia ceritakan pada saya karena dia memiliki orang lain untuk mendengar yaitu susternya.
Sekarang saya mengerti akan dampak lain dari selalu ada bersama sang buah hati.
Beruntunglah ibu-ibu yang sudah ada bersama anaknya sejak mereka lahir ke dunia ini, ibu-ibu yang tidak harus dituntut bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarga atau ibu yang dengan sadar dan rela diri mengambil fungsi mulia ini dengan mengabaikan segudang potensi yang dapat mereka kerjakan lebih dari hanya sebagai ibu belaka. Ibu yang sadar akan fungsi mulia ini sejak awal akan membuat sang anak tidak merasa terjajah.







Rabu, 13 Agustus 2008

Happy Birthday

Senen, 11 Agustus, hari itu adalah ulang tahun seseorang yang dulu sangat kuhargai tetapi pada akhirnya penghargaanku yang begitu tinggi memudar. Lepas dari apapun yang telah terjadi, saat ini aku menyadari bahwa tidak ada orang yang sempurna, bagaimanapun juga ada banyak sisi baik dari dia yang sebaiknya kukenang. Jadi pagi itu saat waktu menunjukkan pukul 5.45 wib kunaikan sebuah doa pendek :

"Dear God, touch the people i care for, keep them safe and happy, give them love and good health, bless them and their whole family, especially the one reading this message".

Kuketik doa pendek itu ke dalam pesan singkat di hp, ketika hendak kukirim, tiba-tiba jariku terhenti lalu kutanya pada diriku sendiri : "tuluskah kamu? apakah ini bukan basa-basi belaka?
bila tidak disertai dengan ketulusan sebaiknya kau hentikan."
Aku diam sejenak merenung dan seolah-olah menyelam kedalam lubuk hatiku yang paling dalam mencoba untuk mencari apakah masih ada kebencian disana, atau kemarahan, atau yang lebih halus lagi kekecewaan? Semua peristiwa tidak enak yang sempat kurasakan berbulan-bulan apakah telah terlupakan? Aku termanggu beberapa waktu, pikiranku terus berjalan, aku percaya bahwa apapun yang terjadi dalam hidup ini adalah seijin Tuhan, mungkin sebuah peristiwa buruk dapat terjadi akibat kebodohan kita tetapi aku percaya selama aku tidak melakukan kejahatan dan peristiwa buruk tetap terjadi dalam hidupku itu berarti kehendak Tuhan, dan sudah pasti ada kebaikkan yang sedang Dia sediakan, sampai saat ini aku masih memegang teguh-teguh hal itu lalu ................ tak ada alasan aku menyimpan kepahitan! Aku telusuri lagi hatiku, bersih, sudah tidak ada lagi kegeraman, yang ada hanya ingatan akan setiap kebaikan yang pernah aku lihat dan rasakan lalu aku memutuskan aku boleh mengirimkannya.
Petunjuk berita menunjukkan pesan masih tertunda karena memang hari masih pagi.

Sore hari ketika aku sedang tidur, suara hp pertanda ada pesan masuk mengagetkanku bukan kepalang masalahnya aku sedang menunggu tamu yang katanya mau nginap dirumahku selama seminggu dan aku sedang tidur dikamar yang akan kusediakan untuk tamu itu sebab bila aku tidur di lantai atas aku takut tidak mendengar ketika mereka datang tapi ternyata merekapun batal nginap dan suara hp itu membangunkanku lalu kubuka pesannya.
Rupanya pesan yang berisi sepenggal doa dan ucapan selamat ultah yang kukirim tadi pagi mendapat balasan. Aku tersenyum membaca balasan tersebut, dengan demikian seharusnya tuntaslah salah paham yang ada, gossip bahwa aku marah dan masih menaruh kebencian.

Aku kembali mengingat-ingat hal-hal baik dari dia, ada banyak, dan bagaimanapun juga apa yang terjadi dalam hidupku lewat dia juga telah mengajariku banyak hal yang mungkin dalam waktu tertentu tidak kusadari sisi baiknya.
Seseorang yang lain yang kukagumi, telah mengajarkan banyak hal baik pada diriku, membuat terjadinya perubahan dalam cara pikirku, sikapku dan keputusan yang kuambil.
Orang itupun berulang tahun pada bulan ini.
Pernah aku berfikir, ada dua orang yang lahir pada tanggal yang berdekatan di bulan kemardekaan Indonesia ini, yang membawa pengaruh yang cukup kuat dalam hidupku.
Kedua orang ini memiliki sisi baik yang berbeda, dan sisi baik mereka sangat menonjol, namun agak bertolak belakang. Aku berandai-andai, bila kedua sisi baik dari kedua orang tersebut menyatu dalam diriku, maka mungkin aku akan menjadi satu pribadi baru yang lebih baik, mungkinkah itu yang Tuhan maksudkan sehingga mereka hadir dalam hidupku untuk memberi gambaran yang jelas mengenai pribadi yang harus kulakoni???
Tidak ada jawaban, tetapi ada hal yang kuketahui, belajar yang paling murah dan mudah adalah belajar dari pengalaman orang lain, mengikuti kesuksesan yang sudah dibangun orang lain sehingga kita tidak perlu melakukan kelalaian atau kegagalan yang sama.
Mengikuti jejak langkah orang yang telah berhasil, kenapa tidak?

Selamat ulang tahun Indonesia!

Selasa, 05 Agustus 2008

Cerita Ibu-Ibu

Beberapa waktu ini aku mendengar kisah teman-teman sesama ibu rumah tangga, walau rata-rata dari mereka masih bekerja di luar rumah namun tetaplah bergelar IRT dan saat berkumpul kelompok yang pasti semua adalah wanita ini sangat seru menceritakan pengalaman masing-masing sebagai IRT.
Dari kisah-kisah ini dapat aku simpulkan bahwa sesungguhnya seorang IRT punya peran yang sangat besar dalam keluarga, bahkan IRT dapat menentukan arah kehidupan keluarga, sebuah keluarga akan bahagia atau tidak juga dapat bergantung pada peran seorang IRT.
Ada seorang Ibu yang bangkit sebagai penunjang keuangan keluarga ketika sang kepala keluarga terpuruk dan larut dalam kegagalan yang dihadapinya, ada seorang ibu yang pantang menyerah dalam menopang kehidupan keluarga agar status sosialnya berada diatas rata-rata, ada seorang IRT murni yang setia melayani anak dan suaminya melalui berbagai dilema hidup, ada juga seorang ibu yang masih terus bermasalah dengan pasangan hidupnya walau telah puluhan tahun menikah. Semua kisah diatas terasa sudah jauh dari cerita-cerita roman picisan yang mengungkapkan betapa indahnya cinta dan pernikahan yang mengatas namakan cinta.
Dalam kehidupan nyata sebuah keluarga, apa saja dapat terjadi, namun memang benar ketika ada kasih, kesetiaan, komitmen dan Tuhan maka semua masalah ada solusinya.

Aku jadi mengingat kisahku sendiri, menikah hanya berdasarkan tuntunan hati nurani walau saat itu banyak sekali perbedaan dan tantangan yang harus dihadapi tapi semua berhasil kulalui hanya karena keyakinan yang begitu kuat dalam hati.
Terlahir sebagai bungsu dari 9 bersaudara dan memutuskan menikah disaat ortu sudah tiada bukanlah hal yang menyenangkan untuk dibahas, ada 16 saudara termasuk pasangan masing-masing yang merasa sayang pada adik mereka namun tidak mengerti apa-apa, yang memberi ide, pandangan, dan perhatian yang sebenarnya malah menimbulkan tekanan.
Pasalnya sederhana, aku akan menikah dengan seseorang yang dianggap belum punya apa-apa padahal aku adalah anak manja yang biasanya serba ada.
Alasanku sederhana, kami seiman dan ini pilihan Tuhan, yang lain nomor sekian.
Kelihatannya sedikit nekat, tapi bukan, aku hanya berani karena melangkah berdasarkan tuntunan hati nurani. Ini tidak sama dengan cerita cinta buta yang ada dalam sinetron.
Pada kenyataannya, ada banyak penyesuaian dan pengalaman tak enak yang harus dilalui, dua kepribadian yang berbeda dengan latar belakang dan suku yang berbeda bukanlah hal yang mudah untuk dipersatukan, ada banyak reak dan gejolak, namun kekuatan kasih dari sang pencipta dan komitmen sehidup semati yang kami ambil, telah membuahkan hasil yang manis.
Saat ini tidak seorangpun dari saudara yang menyayangi adik bungsu mereka yang menilai salah dengan keputusanku. Mereka semua dapat melihat contoh keluarga sederhana yang bahagia, tidak ada kendala yang berarti, semua berjalan baik, perlahan tapi pasti kami menapaki tangga kehidupan ini yang kian menanjak, walaupun saat ini belum mencapai titik tertinggi namun banyak kemudahan yang kami nikmati, bahkan sekarang aku menjadi pusat curhat buat keluarga-kelurga yang bermasalah. Lucu sekali bila membayangkan kakak-kakak yang sudah jadi opa oma bertengkar depan kami dan membuat kami jadi penengah. Melihat hal itu, aku selalu berdoa agar di usia tua kami selalu dikaruniai hikmat dan pengertian untuk dapat menjadi teladan bagi anak cucu kami, bukan malah jadi tontonan lucu.
Menurut mitos, orang tua bila menjadi tua akan jadi seperti anak kecil lagi, tapi aku selalu mengatakan itu hanya mitos, yang seharusnya adalah makin tua makin bertambah hikmat, pengetahuan dan pengertian dalam hidup ini, dan dapat mengajarkannya kepada yang muda.
Memasuki tahun ke 10 usia pernikahan kami rasanya ada banyak hal yang ingin kusyukuri, dan melupakan sedikit hal yang menyusahkan hati. Sesuatu yang baik adalah tepat dihari ulang tahun pernikahan kami yang ke 10, putri tercintaku berusia 7 tahun.
Tahun ini adalah tahun yang perlu disyukuri, walaupun BBM naik dan semua harga melonjak naik namun kami tetap dapat mengatasi segala sesuatu yang terjadi dengan kesederhanaan yang menjadi gaya hidup kami, jadi tidak ada kendala yang berarti.
Jadi begitulah fungsi sebagai IRT yang berkwalitas, mampu mengadakan apa yang tidak ada menjadi ada, mengatur apa yang ada menjadi bersisa dan mengelola apa yang tersisa menjadi berharga, terus dan terus, sedikit demi sedikit.
GAYA HIDUP SEDERHANA ADALAH KUNCI UNTUK MENAPAK HARI ESOK DENGAN OPTIMIS DAN LEBIH BAIK.

Kamis, 31 Juli 2008

KISAH-KISAH DI BULAN JULI

Ini hari terakhir dalam bulan ini, bila hari ini saya tidak menulis, maka bulan Juli tidak ada tulisan dalam blogku, mengingat saran Jenny Jusuf, seorang pakar di dunia blogger (ciah...), yach paling tidak dia jauh lebih unggul dari padaku dalam dunia per-blog-kan (wah bahasa baru). Seharusnya blog di update minimal 10 hari sekali biar pengunjung tak kecewa kata Jenny, kupikir paling-paling dia yang berkunjung ke blogku yang lain belum ada, tapi tak apalah, saran dia ada baiknya juga kuikuti walaupun akhir-akhir ini semangat untuk menulis telah melorot tapi bulan depan kucoba untuk ikuti saran Jenny, minimal 3 tulisan tiap bulan.
Mengingat Jenny aku jadi mengenang masa remajaku, dulu aku juga suka cerpen dan suka menulis dan mengirimkan ke majalah-majalah namun tak satupun yang dimuat lain dengan Jenny yang ternyata tulisannya memang enak dibaca wah......... jadi malu tapi itupun karena aku tidak rajin mencoba akhirnya malah nyasar dari aksara ke angka-angka alias ngurus pembukuan yang salalu bergelut dengan angka di neraca dan rugi laba, bahkan sampai hari ini rasanya lebih gampang buat neraca, rugi laba dari pada nulis cerita apalagi yang fiksi.

Bulan ini anakku sempat sakit selama seminggu dengan kisaran panas 37.5 sd 39 derajat celcius.
Diteruskan aku yang juga sakit akibat kecapekan dan kurang tidur jadilah bulan yang sibuk dengan urusan sakit penyakit hingga tidak sempat update blog namun dari kejadian ini satu yang amat penting yang selalu saya ingat. KESEHATAN ITU SANGAT PENTING.
Kitalah yang wajib menjaga kesehatan kita dengan makan teratur, istirahat teratur dan kerjapun juga harus teratur, ada yang sering kerja keras sampai lupa menjaga keseimbangan yang lain dan akibatnya yach sakit.
Orang yang sehat semiskin apapun dia pasti tidak akan kekuarangan, namun orang yang kaya tapi sakit-sakitan apalagi sampai parah adalah orang termiskin di dunia.
Bersyukurlah bila anda sehat saat ini dan jangan lupa hargai kesehatan itu dengan cara menjaganya dan tidak mengabaikan hal-hal penting.

Senin, 09 Juni 2008

Harapan akan Masa Depan

Sabtu kemaren umurku bertambah satu, waktu terasa bergerak sangat cepat hingga tak terasa umurku sudah mendekati kepala empat, masih ada beberapa tahun lagi untuk menuju kesana, kata orang memasuki umur 40, umumnya orang memasuki masa jaya dalam hidupnya.
Seharusnya memang begitu, memasuki usia itu seseorang sudah sepantasnya menikmati hasil kerja keras yang sudah dia bangun bertahun-tahun, artinya waktuku tidak banyak lagi untuk menghasilkan hal itu, tetapi bukan kekayaan atau kenyamanan hidup yang aku maksudkan, aku berfikir ketika memasuki usia 40 tahun aku seharusnya sudah tahu apa yang harus aku kerjakan dengan pasti dalam hidup ini dan mantap dengan apa yang aku pilih.
Sebenarnya saat inipun aku sudah tahu apa yang aku ingin kerjakan dan telah mengerjakannya walau masih ada keterbatasan yang menghalangi namun targetku adalah saat usiaku 40 tahun apa yang aku kerjakan menjadi mapan.
Berbicara tentang kekayaan, di dunia ini ada banyak sekali orang menghargai orang lain disebabkan hal itu, kekayaan. Aku menyebut kekayaan sebagai pengeras suara. Bila ada seseorang yang memiliki kekayaan berbicara, walau suaranya perlahan, pasti akan terdengar atau tepatnya didengar tetapi bila si miskin yang berbicara, kadang hingga setengah berteriak tatap saja kurang terdengar atau bahkan tidak terdengar sama sekali.
Disetiap level ada ukurannya, daripada menjadi kacung di tempat besar mendingan menjadi raja di tempat kecil begitu kata pepatah, jadi di level manapun kita berada berusahalah, bekerjalah dan berkaryalah hingga kita dapat menjadi seseorang yang dapat di dengar dan setelah melihat kehidupan aku menyimpulkan sebenarnya hal itu tidak hanya bergantung pada kekayaan semata-mata, tidak sedikit juga orang kaya yang dihindari orang dan orang miskin yang diindahkan orang, sikap seseorang juga menjadi kuncinya.
Tahun ini aku mengadakan percobaan, ditahun-tahun yang lalu aku memiliki kebiasaan mencatat tanggal ulang tahun teman dan mengucapkan pada saatnya dan memberi kado sekedarnya dan hasilnya saat aku berulang tahun ada banyak juga ucapan dan kado yang aku terima tetapi di tahun ini aku sengaja melupakan semua itu dan tidak melakukan kebiasaan itu dan ternyata benar aku tidak mendapat banyak ucapan, hanya dari beberapa keluarga dekat dan sahabat saja, tapi dari sana aku juga belajar sesuatu bahwa dalam segala keadaan orang-orang terdekat dan keluarga adalah orang-orang yang akan datang lebih duluan dan ada bersama kita dan bila kita melakukan hal baik pada orang lain maka kita akan menerimanya.
Dalam diriku muncul satu pemikiran bahwa banyak orang melakukan sesuatu karena mendapatkan hal yang sama tetapi tidak banyak seseorang melakukan sesuatu karena memang hal itu timbul dalam diri mereka, artinya orang melakukan yang baik secara sadar bahwa memang seharusnya demikian tetapi buat diriku sendiri sebetulnya aku lebih sering melakukan sesuatu karena aku memang senang melakukannya, diingat atau tidak buatku tidak jadi masalah hanya saja terkadang ada buruknya juga yaitu bila aku tidak suka aku tidak mau melakukannya padahal adakalanya kita harus melakukan sesuatu untuk orang lain walaupun kita tidak menyukainya itulah namanya sosialisasi, asal tidak bertentangan dengan hal yang prinsip seharusnya dilakukan, misalnya mengunjungi teman yang kesusahan padahal diri sendiri juga lagi susah, itu butuh kerelaan dan pengorbanan apalagi bila setelah melakukannya tidak ada balasan atau malah sebaliknya tidak diterima baik, itu perlu pengorbanan, paling tidak korban perasaan.
Itu sebabnya aku berfikir lebih baik aku melakukan apa yang aku suka dan bisa jadi tak ada masalah reward yang harus dipikirkan.
Tetapi dalam hidup ini kita harus terus belajar agar dapat menjadi lebih baik begitulah yang aku percaya termasuk belajar bersosialisasi walau tidak suka, kata orang suka karna biasa.
Begitulah perenunganku disaat usia bertambah, hidup adalah belajar dan yang terpenting adalah menguasai hati agar tidak tercemat oleh apapun juga, bila hati kita bersih, pikiran kita akan jernih dan kita akan mampu menugasai diri dan langkah kita tetapi bila hati kita kacau maka yang dihasilkanpun adalah hal yang kacau. Kata orang makin bertambah usia kita akan makin dewasa, benar juga, ada hal yang dulu tidak kusukai kini kunikmati tapi sebaliknya ada hal yang dulu kusukai sekarang tidak kuinginkan lagi.
Ke depan setiap kita harus lebih baik lagi agar tidak sia-sia kedatangan kita ke bumi ini.

Jumat, 06 Juni 2008

Tugas IRT

Kemaren aku diajak pulang kampung oleh saudaraku, tiket pesawat PP ditanggung, semua akomodasi, komsumsi dan transportasi selama disana tak perlu dipikir alias akan ditanggung semua, pendek kata tinggal bawa badan namun tentu saja harus ijin suami dahulu. Agar cepat aku sms saja,..........., tidak ada jawaban. Biasanya setiap sms selalu dibalas namun kali ini tidak dan akupun mengerti apa artinya.
Sore hari seperti biasa sepulang dari kantor kubukakan pintu buat suami tercinta tapi tidak seperti biasanya mukanya tampak lesu seperti orang sakit padahal setahuku dia tidak sedang sakit walau kemaren ada sedikit problem tekanan darah rendah tapi rasanya kemaren malah lebih segar dari hari ini.
Walau sebetulnya jawabannya sudah dapat kuduga namun saat makan malam aku masih penasaran, akhirnya kutanyakan juga apakah aku diijinkan pulang kampung atau tidak?
Seperti dugaanku dia keberatan dan kupikir tidak baik bila kupaksakan untuk pergi akhirnya aku mengalah, yach sudah tidak usah pergi.
Malamnya saat menemani anakku tidur kuceritakan pada anakku dan dia katakan:" yach sudah kita dirumah saja selama liburan, tak apa-apa kok, bila papi bilang tidak usah pergi yach tidak usah pergi kan kata mami papi pemimpin di rumah ini, jadi harus kita turuti"
Begitu celotehnya tegas dan tanpa rasa apa-apa, padahal aku sempat berfikir enak juga sekali-kali lepas tugas sebagai IRT dan jadi pelancong apalagi selama sebulan, kedengarannya cukup menyenangkan tapi berpisah dengan suami selama itu juga bukan hal yang menyenangkan. Mungkin keletihan akhir-akhir ini membuatku berfikir tentang liburan lagian anak sekolah juga sebentar lagi libur tapi kusadari tidak ada libur buat seorang Ibu Rumah Tangga, tidak ada cuti dari tugas rutin di rumah apalagi bila tidak punya pembantu, bukan hal yang mengasikkan, tapi juga bukan hal yang buruk sebetulnya, hanya saja dengan begitu seharusnya para lajang bisa menyadari untuk menikmati masa lajangnya dengan gembira, karena banyak juga dari teman-temanku yang masih lajang eh malah sering pusing karena masih jomblo. Yach sih jika udah kepala 3 dalam usia dan masih jomblo emang khawatir juga tapi bila dipikir yach dinikmati sajalah, dalam tiap tahap ada suka dukanya, itulah hidup.
Aku jadi ingat ketika jomblo dulu aku sering pelancong kemana-mana, ada untungnya juga, tempat jauh yang sekarang sulit aku lalui, paling tidak sudah pernah kukunjungi walau belum ke seluruh wilayah Indonesia, tapi siapa tahu suatu saat nanti aku bisa keliling lagi tapi kali ini tentu saja sama suami dan anak tercinta sama seperti saat tour ke java yang kami lakukan beberapa waktu lalu, asik juga. Memasuki musim liburan hasrat untuk berlibur jadi terusik dan ini tentu saja bukan bagian tugas dari Ibu Rumah Tangga.



Rabu, 28 Mei 2008

Mau Belajar

Hari ini kusempatkan diri untuk mampir melihat-lihat blog, sebenarnya bila kupikir-pikir banyak sekali anak-anak muda yang berbakat, mereka punya banyak kemampuan and mereka pandai-pandai, blog merekapun bagus-bagus.
Menyadari hal itu rasanya aku harus memacu diri untuk belajar lebih baik lagi, emang sih waktu luang seorang IRT dan anak muda memang berbeda sangat jauh tetapi tak masalah, aku akan bangun lebih pagi dan tidur lebih malam.
Melihat blog yang bagus-bagus aku jadi sadar kalau blogku jauh dari baik, selama ini dicelah-celah waktu yang sangat sempit aku menulis, belum sempat belajar banyak, tapi tak apalah, walau kusadari jika anak-anak muda perlu waktu 1 hari untuk 12jam sedangkan aku perlu 1 bulan untuk 12jam tersebut, yang penting ada progres, toh tujuanku adalah membagikan pengalaman yang akan membuat pembaca terdorong untuk belajar dan mendapatkan apa yang aku dapatkan juga, itupun bila mereka setuju, penyebabnya adalah banyak sekali yang kulihat disekitarku orang-orang yang terpengaruh oleh kenikmatan hidup dan kemewahan apalagi di kota-kota besar sehingga tidak jarang dari mereka yang sudah tidak realistis lagi dalam hidup terutama dalam hal pengeluaran. Ada yang menghabiskan seluruh penghasilan mereka tiap bulan, ada yang malah selalu kekurangan bahkan tidak jarang yang punya gaya hidup berhutang yang penting penampilan, itu sebabnya dalam hidup ini perlu sekali mengerti tentang gaya hidup yang benar. Bukannya tidak boleh hidup enak atau menikmati hasil kerja, tetapi perlu perencanaan, bila sudah sampai di titik tersebut kenapa tidak, sah-sah saja, tapi bila memaksakan diri, disinilah letak persoalannya.
Memang, mendisiplin dir itu tidak enak, butuh kemauan yang keras dan pengorbanan tapi bila itu ada hasilnya kenapa tidak, itulah namanya Mau belajar.







Minggu, 25 Mei 2008

Yang Perlu Hanya Bersyukur

Seharusnya saat ini aku gembira karena apa yang kami siapkan selama hampir 3 tahun ini telah dapat kami tempati yaitu sebuah rumah yang cukup nyaman menurud ukuran kami yang kami ciptakan layaknya sebuah hotel, setidaknya itulah komentar suamiku ketika dia bangun pagi ini dan hendak sarapan di rumah lama yang letaknya bersebelahan.
Memang bila dipikir untuk kami bertiga rumah lama kami sudah lebih dari cukup, namun dalam sebuah kebetulan akhirnya kami memiliki rumah kedua, tanpa terget kami telah membangun rumah tersebut layaknya tabungan, membuatnya setahap demi setahap hingga memakan waktu 4 tahun sejak masih berbentuk tanah kosong.
Buatku membangun rumah tersebut adalah latihan ketahanan, kesabaran, dan daya juang untuk mewujudkan apa yang diinginkan meskipun tanpa target.
Ada saat-saat dimana ketika kami membangun kami menguras seluruh tabungan kami dalam bulan-bulan tertentu karena pembangunan yang kritis dan tidak dapat dipenggal dan saat itulah aku belajar bagaimana caranya mengatur uang yang benar-benar pas-pasan pasalnya karena kami tidak mau berhutang jadi yach terjadilah kondisi itu, tapi kami jadi belajar banyak.
Tekad, Fokus dan kesehatian kami telah menghasilkan sesuatu.
Sebenarnya kami bukanlah tipe orang penikmat hidup atau mencintai kemewahan, malah sebaliknya kami adalah orang yang mencintai kesederhanaan dan selalu apa adanya, tetapi justru karena hal itulah akhirnya kami memiliki sesuatu yang lebih, yaitu rumah kedua, dan memang rumah pertamapun sudah selayaknya memerlukan renovasi karena umur bangunan.
Masih kuingat ketika pertama menempati kamar di rumah baru yang ukurannya 2x lebih besar dari kamar tidur kami yang lama. Saat itu aku merasa kecil di tempat yang besar, aneh, padahal kamar itu hanya sebesar kamar dirumah orang tuaku ketika aku masih sekolah dulu.
Akhirnya aku mengerti, ketika seseorang sudah terbiasa dalam sebuah kondisi dan berpindah kepada kondisi yang lain ada sesuatu yang terasa, dalam kasusku aku berpindah ke tempat yang lebih nyaman namun aku berfikir, bagaimana bila seseorang harus berpindah ke tempat atau kondisi yang tidak nyaman? Masih bisakah bersyukur?
Aku bersyukur karena kondisi hatiku tidak mengalami banyak perubahan, aku bersyukur dengan semua yang dapat aku nikmati namun aku tetap dapat menikmati kondisi yang biasa, malam aku ada di tempat yang nyaman tetapi pagi hingga sore hari aku lebih memilih di rumah yang lama, dengan begitu aku tetap dapat mensyukuri kedua-duanya.
Rumah pertama adalah rumah awal perjuangan kami dan rumah kedua adalah rumah hadiah kedisiplinan kami, aku dan suami tetap menginjak bumi alias tidak melayang dan lupa diri malah anehnya suamiku merasa ada yang hilang ketika kami pindah tidur ke rumah baru, "kesederhanaan", dan dia merasa sungkan untuk memperlihatkan keberhasilan yang telah diraih. "Ditengah kondisi ekonomi saat ini apa pantas memproklamirkan keberhasilan" katanya.
Berbeda dengan pandanganku yang mengatakan "ya, kenapa tidak, itu artinya ada sesuatu yang berbeda yang kita miliki, biarkan orang tahu dan belajar dari apa yang kita jalani dan lakukan, yang penting sikap kita tidak berubah dan jadilah lebih berempati pada sesama, lagipula ada banyak orang yang lebih berhasil dan punya lebih banyak, hanya saja memang, untuk lingkungan disekeliling kita, kita termasuk yang cukup beruntung".
Ada banyak hal yang kupelajari akhir-akhir ini, di atas langit ada langit, orang yang dibawah akan melihat kami lebih atau bahkan sangat beruntung tapi orang yang diatas akan melihat kami sangat biasa dan tidak ada apa-apanya. Bila dibandingkan dengan rumah-rumah pelanggan kantornya yang pernah dimasuki suamiku, rumah kami tidak ada apa-apanya sama sekali bahkan ada diantara mereka yang kamar mandinya saja luasnya sebesar rumah yang kami tempati, dan dalam pekerjaannya melihat rumah-rumah seperti itu sudah biasa namun memang berbeda bila memilikinya sendiri.
Hal lain yang dapat kurasakan adalah dengan bertambahnya apa yang kita miliki bertambah pula bebannya dan juga bertambah pula tanggung jawab yang dipikul. Memang demikianlah adanya, artinya untuk memiliki sesuatu kita harus siap terlebih dahulu, bila tidak akan menjadi beban buat kita bukan rasa syukur. Bila kita siap, segalanya akan ditambahkan, ini sama seperti seorang ayah yang memberikan sesuatu kepada anaknya.
Yah, yang jelas saat ini ada rasa syukur dalam diriku tetapi sama sekali tidak ada rasa bangga bahwa aku mampu, apalagi kesombongan, tidak ada rasa sama sekali untuk yang satu itu.

Senin, 12 Mei 2008

Doa Yang Sederhana

Jumat, 9 Mei 2008, aku sedang duduk di meja makan sambil menyantap makanan apa adanya yang ada di atas meja makan, jam belum menunjukkan waktu makan siang, namun karena perutku sudah terasa lapar maka aku memilih makan siang sebelum waktunya.
Makanan yang sederhana yang menemani makanku tiba-tiba mengingatkanku pada kakak lelakiku yang ada di Batam. Aku mengenang betapa seringnya dia mengirimiku uang dalam jumlah yang tidak sedikit, aku bersyukur untuk itu, kupikir Tuhan telah mengirim dia untuk memberkatiku namun tiba-tiba aku mengingat pola makannya.
Dia memiliki banyak uang dan mampu membeli makanan apa saja, namun kesehatannya saat ini telah membuat dia harus membatasi makanan kolestrol tinggi, juga mengingat usianya.
Tiba-tiba aku mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu ketika dia masuk rumah sakit, pingsan dan tidak bangun hingga malam, istrinya yang panik hanya bisa menangis. Saat itu yang dapat kulakukan hanya berdoa, setelah selesai aku merasa dia pasti akan sembuh lalu kutelpon istrinya dan mengatakan apa yang aku percaya, dia akan sembuh. Dan itu terjadi.
Tiba-tiba ada seruan dalam hatiku untuk saudaraku itu, "Tuhan........... lindungilah dia, tolong jagai dia, berkati kesehatannya, jangan ijinkan dia meninggal dalam usia muda, anak-anaknya masih kecil dan masih belum ada yang dapat meneruskan usahanya, aku percaya Engkau akan menyertai dan melindunginya Tuhan".
Doa itu yang tiba-tiba mengalir dari dalam mulutku begitu saja.

Minggu sore, 11 Mei 2008, aku baru selesai mandi dan ingin beristirahat sejenak untuk kemudian akan pergi ke rumah teman yang baru saja kehilangan opanya, tiba-tiba aku menerima sms dari saudara perempuanku mengenai kecelakaan pesawat, kemudian dia menelponku dan menceritakan dengan serunya bagaimana abangku lolos dari kecelakaan pesawat, kutanya kapan kejadiannya? jumat sore katanya.
Selesai menerima telpon aku membaca sms masuk dari abangku.
"Hampir hampir kita tidak akan berjumpa lagi untuk selamanya, pesawat yang kutumpangi meledak." demikian bunyi sms itu.
Segera kutelpon abangku dan mendengar dia menuturkan kisahnya dengan haru bagaimana dia ketakutan karena pesawat merpati yang dia tumpangi dari Batam menuju Jambi mengalami gangguan dan hampir-hampir terjun bebas ke laut. Betapa besar rasa syukurnya karena akhirnya selamat dari maut.
Aku bertanya padanya "kapan hal itu terjadi?" Jumat sekitar jam 5 sore jawabnya.
Aku ceritakan apa yang aku serukan jumat pagi saat makan padanya.
Dan kami sama-sama bersyukur.

Hal yang dapat aku pelajari adalah : "jangan abaikan perasaan yang timbul sesederhana apapun itu, berdoalah jika terdorong untuk berdoa, lakukanlah sesuatu jika terdorong untuk melakukannya karena kita tidak tahu bahwa tidak jarang hal itu datang dari Tuhan untuk orang-orang yang kita dan Ia kasihi.
Satu doa yang sederhana telah menyelamatkan jiwa orang yang kukasihi dan karena orang yang kukasihi banyak orang dalam pesawat itupun terluput dari maut.
Berita ini dimuat di koran Batam, kompas dan beberapa media lainnya.

Kamis yang lalu aku sempat menangis saat menelpon teman yang kehilangan papanya karena kecelakaan, hari minggu ini aku hendak pergi ke rumah teman yang baru kehilangan opanya, sepulangnya dari sana aku mendengar berita dari teman yang lain bahwa papanya meninggal dunia, semua kejadian ini terasa mendadak.
Berita luputnya abangku dari maut membuatku bahagia, namun mendengar teman lain kehilangan orang yang mereka kasihi membuatku tak sanggup tertawa.
Inilah hidup, kita bahkan tidak tahu apa yang akan terjadi sedetik lagi.

Kematian telah memisahkan orang dari yang dikasihinya namun kematian juga akan mengingatkan kita akan arti kehidupan ini.
jadi, bila kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan, sepantasnyalah kita melakukan apa yang terbaik yang dapat kita lakukan sekarang.

Senin, 05 Mei 2008

Inspirational

Everybody wants to be some body

Nobody cares how much you know
Until they know how much you care.

Every body needs some body

Anybody who helps somebody
Influence lots of bodies.

Somebody today will rise up and bocome somebody !

** If you not comfortable with yourself
You can't be confortable with others.

Sabtu, 03 Mei 2008

SEDERHANA

"Sederhana" kata itu selalu ada dalam benakku akhir-akhir ini.
Belakangan ini aku sering menonton drama-drama kehidupan yang bercerita tentang orang-orang yang berjuang dalam hidup dan untuk hidup yang ditayangkan oleh DAAI TV.
Orang-orang yang tadinya susah, hidup apa adanya dan akhirnya berhasil.
Tidak sedikit dari Kisah-kisah tersebut yang menginspirasiku.

Kupikir di titik manapun kehidupan seseorang selalu ada kebutuhan dan keinginan, entahkah si miskin, si kaya atau yang rata-rata.
Sebenarnya kebahagiaan bukan terletak pada apa yang kita miliki atau tidak, tetapi pada apakah kita puas dengan apa yang kita miliki ?

Di dalam hidup ini, banyak hal dapat terjadi, ada suka ada pula duka dan itu dapat melanda siapa saja, baik si miskin, si kaya atau yang rata-rata.
Tapi memang untuk orang yang miskin hidup menjadi semakin menyedihkan.
Aku pernah bertanya : "mengapa ada orang yang hidup sangat miskin ? tidak adilkah Tuhan sehingga dia menciptakan orang-orang yang demikian ?"
Namun ketika kutelusuri, aku menemukan bahwa rata-rata orang miskin tidak pernah punya perencanaan dalam hidup mereka, mengalir begitu saja, apalagi dalam masyarakat kita di Indonesia. Tidak jarang orang yang mengaku miskin tapi memiliki banyak anak atau seorang Bapak yang mengaku miskin tetapi punya istri lebih dari satu. Bukan itu saja, tidak sedikit dari mereka yang cukup berani membeli barang-barang dengan harga yang cukup mahal atau gaya makan yang berlebihan, semua itu sebenarnya adalah pemborosan apalagi budaya lebaran yang setahun sekali yang terkadang membuat banyak orang berhutang guna menutupi keinginan berlebaran yang mewah atau berlebihan padahal tidak punya uang.

Sementara di kalangan mereka yang rata-rata, biasanya para karyawan yang sudah mempunyai posisi yang cukup bagus, menikmati hidup menjadi gaya hidup mereka.
Banyak anak muda atau keluarga muda yang lebih mementingkan membeli mobil dari pada rumah, tidak sedikit dari mereka yang menggunakan kartu kredit untuk menutupi kekurangan dari kebutuhan hidup mereka akibat dari gaya hidup yang cenderung diatas rata-rata.
Bahkan ada yang berurusan dengan polisi disebabkan hutang yang tidak dapat dibayar.
Beberapa waktu yang lalu tetanggaku yang tinggal satu blok dibelakangku pindah pada pagi-pagi buta tanpa membawa banyak barang, belakangan diketahui bahwa mereka melarikan diri bukan pindahan karena terlibat hutang yang tidak sanggup dibayar, padahal pada waktu baru pindah mereka tampak sangat mentereng, rumah di hook yang tanahnya cukup besar direnovasi jadi bagus dan mewah, semua barang dan perabotan adalah barang-barang mewah, mobil baru, dan gaya hidup yang royal membuat semua orang berfikir mereka kaya.
Tapi ternyata semua hasil pinjaman belaka, itu sama seperti menyimpan bom waktu yang sedang aktif hingga akhirnya bom waktu itupun meledak.
Belum lagi cerita tentang teman sekantor suamiku yang terpaksa nginap 3 hari di kantor polisi karena menipu uang teman sendiri.
Semua itu terjadi karena ingin menikmati hidup, gaya hidup mewah tanpa susah, dan parahnya hal seperti itu ternyata tidak sedikit jumlahnya.

Kembali pada kata sederhana.
Suamiku adalah orang yang sangat sederhana, dia dapat hidup apa adanya.
Cerita ini cukup menarik buatku.
Aku sudah terdidik hemat dari sejak kecil, itu sebabnya aku tidak pernah pusing soal uang dari masa kecilku karena aku sudah terbiasa menabung dan tak pernah kehabisan uang.
Menurudku aku ini adalah orang yang sederhana, tetapi ketika aku bertemu dengan suamiku, maka arti kata sederhanakupun mulai berubah.

Ketika kami pacaran dulu buatku makan nasi bungkus dari warung padang seperti sederhana dan sekelasnya adalah hal yang sederhana tetapi makanan yang sederhana buat suamiku adalah nasi dengan tempe goreng ples kecap.
Ada banyak ukuran sederhana buatku yang sangat bertolak belakang dengannya dan ini membuatku menyadari bahwa sebetulnya orang dapat hidup apa adanya dan tidak perlu terlalu membebani diri sendiri dengan demikian hidup ini menjadi lebih ringan dan mudah.
Bukan berarti kita tidak boleh memiliki impian dan keinginan namun harus melihat kenyataan. Ketika kita bercita-cita lihatlah ke langit namun ketika kita berjalan lihatlah ke bumi.
Kita harus punya impian dan bekerja untuk mewujudkannya tapi kita jangan lupa pada kenyataan yang ada, begitu selalu suamiku berprinsip.
Hikmat dan pengetahuan selalu dibutuhkan untuk menata hidup menjadi lebih baik, tetapi perencanaan dan ketekunan untuk mewujudkannya adalah kunci.
Dengan cara ini pulalah kami hidup, dari tidak punya motor hingga punya mobil, dari tidak punya rumah hingga punya dua rumah, dari kami harus bekerja berdua hingga kini hanya dia yang bekerja sedangkan aku dapat mulai merintis usaha menjual Program Akuntansi dan bekerja dari rumah.

Bekerja adalah anugerah, itu sebabnya kita harus bekerja.
Tetapi dengan pola gaya hidup sederhana , suatu titik kita akan dapat menikmati hasil kerja kita dan kita akan maju selangkah demi selangkah dalam kepastian.
Selalu ada pengorbanan dalam kita hendak meraih sesuatu, namun bila hal itu dapat mewujudkan impianmu kenapa tidak ?
Setelah menikah pengorbanan yang cukup berat bagiku adalah penyesuaian gaya hidup. Namun ketika hal itu terus menerus dilakukan dengan kerelaan maka hal itu tidak menjadi berat lagi. Kita harus berusaha dan rela agar penyesuaian tidak menjadi beban, dengan demikian hal itu tidak akan menjadi pengorbanan lagi tapi gaya hidup yang baru, hemat bukan pelit.

Kesederhanaan adalah hemat bukan pelit.
Hemat adalah mengeluarkan uang dengan seperlunya, sedangkan pelit adalah tidak mau mengeluarkan uang walaupun perlu.
Suamiku dapat makan siang dengan hanya mengeluarkan uang Rp 5.000,- tetapi memberikan uang Rp 50.000,- dengan mudah untuk seseorang yang membutuhkan.

Kesederhanaan hidup menciptakan peluang untuk kita dapat memiliki banyak hal yang dulu tidak mampu kita miliki.
Kesederhanaan hidup menghindarkan kita dari tekanan-tekanan yang tidak perlu.
Kesederhanaan hidup membuat kita bekerja dengan lebih gembira dan mampu berkarya.

Senin, 14 April 2008

Gossip

Beberapa waktu yang lalu aku sempat gusar oleh gossip yang kudengar dari tetangga, awalnya dia menceritakan tentang pembantunya yang dikeluarkan, lalu dia cerita bahwa pembantuku yang dulu [saat ini sudah keluar] sering menggosipkanku pada pembantunya, katanya mereka sering menjelek-jelekkanku. Awalnya aku cuek, di kompleks kecil, gossip emang tidak mudah dibrantas. Dalam sebuah kebetulan akhirnya cerita gossip itu berkembang, dari pembantuku yang saat ini bekerja padaku, kudengar banyak hal tentang tingkah polah pembantu-pembantuku yang lama, rupa-rupanya rata-rata dari mereka, dulu, sering bertandang ke kampung belakang komplek perumahanku dan membawa putriku kesana, ketika aku sedang bekerja. Berbagai cerita tak enakpun akhirnya kudengar, intinya semua hal yang buruk, tak satupun positif, namanya juga gossip, mana ada yang baik. Namun perkataan yang tidak baik sempat mengganggu perasaanku, sampai-sampai aku bertekad untuk tidak mau memperdulikan pembantu lama itu lagi, karena aku merasa selama ini aku selalu mengasihani dia, walaupun aku cukup dengan satu pembantu aku tetap tidak memecatnya karena alasan kasihan semata, tetapi dia malah menyebar gossip dan menjelekkanku dimana-mana.
Rasa jengkel sempat membuatku berfikir untuk tidak mau memperdulikan orang kampung lagi, selama ini aku selalu memikirkan orang-orang kecil yang miskin, mengasihani mereka dan berbuat semampu yang aku bisa lakukan tetapi yang kuterima malah gossip murahan.

Hal yang sama pernah terjadi ketika aku bekerja dulu, suasana disana sungguh membuatku jengkel, apa yang diceritakan di depan dan di belakang seseorang, selalu tidak sama, gossip selalu menjadi sebuah cerita yang enak untuk dibahas berlama-lama, kondisi ini sangat menjengkelkan buatku makanya aku lebih suka menyendiri daripada ngerumpi, dan ternyata di kompleks perumahanpun sama saja, ibu-ibu yang tidak bekerja selalu punya waktu untuk menceritakan orang lain, bahkan tidak jarang anggota keluarga sendiri pun digossipkan.

Entah mengapa aku dan suamiku, tidak suka ngerumpi, buat kami pekerjaan di rumah telah menyita banyak waktu daripada ngumpul dan ngobrol yang tidak berarti lebih baik baca, nonton TV atau menambah wawasan lewat internet, bahkan untuk kami berdua ngobrol yang tidak perlupun jarang terjadi.

Gossip, perkataan negatif yang kudengar sangat menggangguku, hampir-hampir mempengaruhi keputusanku untuk tidak mau memperdulikan sekitarku lagi, namun....................
Suatu ketika aku sedang sendirian, dalam desah batinku aku mengeluh, mengapa orang selalu hanya melihat dan mengatakan kejelekan saja, hal baik tidak pernah diungkapkan padahal didalamnya selalu terkandung motif-motif pribadi, untuk kepentingan diri sendiri, ah......percuma saja berbuat baik dan berfikir untuk orang lain........aku terdiam, kuhela nafas dalam-dalam serasa menumpahkan uneg-uneg, tiba-tiba nuraniku menasehatiku:
" jangan hidup dari apa yang orang perbuat dan yang orang katakan, tetapi hiduplah dengan apa yang kamu yakini, selalu ada orang yang demikian dimanapun, selama nuranimu tidak mencela engkau, dan engkau tidak berbuat hal yang buruk, jangan resah dengan perkataan siapapun, terus tetapkan langkahmu dan lakukan apa yang nuranimu katakan baik".

Kurenungkan nasehat itu, kupikir ulang, kuamati dalam renungan, kisah hidup bahkan orang-orang besar, tidak sedikit orang baik mendapat penindasan tetapi ketika mereka menang disanalah kebesaran mereka terbukti dan nama mereka dikenal.
Lalu aku berfikir........ siapakah aku hingga aku merasa tidak layak untuk dijelekkan? Bahkan Tokoh agama yang melakukan banyak kebaikan saja tidak jarang disalah mengerti dan dijelekkan, ada yang dihina bahkan.

Mengingat semua itu aku kembali merasa, sebaiknya aku menjadi diriku sendiri, apa yang baik tatap kupertahankan dan apa yang buruk harus kuperbaiki dan untuk diriku sendiri aku menetapkan untuk tidak menceritakan kejelekan orang lain sekalipun orang itu memang jelek, dengan demikian memberi kesempatan bagi dia ketika dia mau berubah.

Jumat, 28 Maret 2008

"Lapor Polisi Saja Bu"

Hari ini aku merasa kesal sekali masalahnya begini :
Tgl 21 Maret yang lalu ATM ku tertelan mesin, lalu aku melapor ke BCA melalui hp, dari pihak BCA memberi keterangan bahwa kartu akan dihancurkan dan aku disuruh mengambil di BCA cabang terdekat dan bila sudah terdaftar maka kartu dapat dibuatkan yang baru, waktu untuk laporan sampai adalah 5 hari kerja dan pembuatan kartu baru tidak dikenakan biaya.

Senen tgl 24 aku ke kantor BCA, setelah mengantri lama [seperti biasa BCA selalu antri] maka aku mendapat keterangan bahwa data belum masuk karena harus menunggu 5 hari kerja, mereka menyarankan untuk lapor polisi utk kartu hilang saja agar prosesnya cepat selesai, dan kartu baru tetap dikenakan biaya 10 ribu.
Saat itu aku menolak untuk lapor polisi dan memilih menunggu 5 hari saja karena alasanku adalah, kartuku tidak hilang tapi ditelan mesin ATM BCA sendiri, itu bukan salahku, aku bukan salah pin. Asal menunggu selama 5 hari kerja saja buatku tidak masalah.

Jumat 28 Maret aku menelpon BCA menanyakan apakah kartu atm baruku sudah dapat kuambil ? Kkaryawan BCA yang menjawab telponku menyarankan "lapor polisi saja" karna menunggu data dari pusat itu bisa lama, lalu kutanya berapa lama ? karyawan tersebut bilang tidak pasti lebih baik "lapor polisi saja".
Aku mulai jengkel, masalahnya adalah keterangan 5 hari kerja aku dapatkan dari mereka, seandainya mereka dari awal bilang lebih lama atau extrimnya 1 bulan, aku pasti sudah memutuskan utk mengurusnya di hari senen yang lalu namun mereka tidak menyatakan demikian.

Merasa dipermainkan aku kembali menelpon ke BCA CARD CENTER dan mereka memeriksa dataku dan menyatakan kebenaran dari laporanku beberapa waktu yang lalu dan aku bertanya kenapa laporannya masih belum sampai ke kantor BCA ?
Pihak BCA mengatakan karna kartuku diblokir maka harus lapor polisi baru urus ke kantor cabang BCA kembali.
Jujur saat itu aku mulai kesal.
Mengapa keterangan yang jelas tidak diberikan sejak awal sehingga tidak merepotkan nasabah.
Inikah bank yang dikatakan terbaik dan profesional ???
Kartuku bukan hilang tetapi ditelan mesin mereka, kenapa aku yang harus repot-repot apalagi ditambah keterangan yang sama sekali tidak terang-terangan dari awal.

Karena melihat aku rada marah karyawan tersebut menyuruhku menunggu, kupikir dia akan mencoba membantu menyelesaikan masalahnya lalu kutunggu selama beberapa menit, setelah itu jawabannya tetap "lapor polisi saja bu" aku mulai marah dan bertanya lagi hal yang sama dan kembali aku di hold, sampai 3 kali dan cukup lama aku menunggu mengharapkan mereka memberi solusi namun setelah 3 kali menunggu lama di telepon akhirnya aku hanya diberi keterang seperti ini :
"Bu coba saja ke BCA Terdekat hari senen, bila datanya sudah ada ibu dapat mengambil kartunya bila tidak ibu lapor polisi saja"
Kali ini aku jadi kesal, agak berteriak kukatakan :
"Mbak, saya bukan anak kecil, saya disuruh coba-coba dan pada akhirnya saya tetap disuruh lapor polisi juga, masalahnya adalah kenapa tidak dijelaskan sejak awal bahwa KARNA KARTU ATM TERTELAN MESIN ATM KAMI maka harus lapor polisi dan bilang kartu atm hilang!"

Saya merasa dirugikan, kesalahan bukan pada saya, saya telah bersedia menunggu karena keterangan dari pihak BCA, tapi pada akhirnya saya disuruh lapor polisi.
Dengan sangat terpaksa langsung saat itu juga aku ke kantor polisi.

Sesampainya di kantor polisi kuajukan permohonan dan sang polisi meminta KTP dan kuberikan. Sang polisi tampak langsung mengetik di komputer, kupikir bagus juga pelayanannya.
Kutunggu dalam ruangan yang penuh asap rokok yang tidak kusukai.
Setelah menunggu kira-kira 15-20menit suratnya tak kunjung selesai lalu aku bertanya :
"Pak biayanya berapa?"
Terserahlah, tidak ada juga tidak apa-apa. Jawab sang polisi.
aku mulai mengerti bahwa bila tidak ada maka tidak akan jadi, maka kujawab
Ada Pak tapi tidak banyak.
Eh tidak sampai 5 menit langsung selesai.
Ya ampun..................... jadi dari tadi bukannya dikerjakan, aku dibiarkan
menghirup asap rokok yang membuat dadaku sesak hanya untuk kepastian ada uang jasa?
Nah.....................................yang seperti inilah yang membuatku enggan lapor polisi sejak awal, bukan karna masalah uang 10 ribu tapi cara yang tidak enak itu.
Tidak ada biaya, tapi bila benar-benar tak ada atau tak diutarakan tidak pernah akan selesai. Memang demikianlah yang sering terjadi, ini bukan rahasia lagi.

Walau akhirnya masalahku selesai juga, namun kemarahan yang sempat menyerang tidak kusukai. Akhirnya aku memutuskan untuk menarik dana dari BCA, taruh saja secukupnya.
Masalah ini membuatku lebih yakin lagi untuk tidak menyimpan rupiah dalam jumlah besar, alihkan saja pada real asset.
Pelajaran lainnya adalah kemarahan itu tidak sehat dapat mendatangkan penyakit, tapi di dunia ini banyak sekali hal yang dapat membuat kita marah, banyak sekali ketidak teraturan dan ketidak adilan, sebisa mungkin aku hendak menghindarinya.

Ketika duduk menunggu pembuatan kartu baru di BCA, aku memilih untuk tidak banyak bicara dan cepat menyelesaikan prosedur yang dibuat sepihak oleh mereka, menarik dana sebanyak yang dapat kuambil dan pulang melupakan semua kejadian menjengkelkan itu.

Selasa, 18 Maret 2008

Kepolosan Anakku

Kemaren anakku pulang sekolah dengan membawa hasil ulangan tengah semester.
Segera kuperiksa untuk mengetahui apakah ada remidi atau tidak, ternyata hasilnya 100, 97, 95, 92, 90, 87, 84. Aku bersorak gembira dan segera memanggil anakku untuk memeluk dan memujinya. Pelajaran bahasa inggris yang sempat aku khawatirkan mendapat nilai 95.
Jujur, sebelumnya aku tidak mengira, aku berharap asal tidak remedi aja udah bersyukur mengingat umurnya baru lima setengah tahun sudah duduk di kelas satu karena sempat lompat kelas atas anjuran sekolah, walaupun aku selalu memberi dia semangat dan mengajarnya dengan ketat supaya mendapatkan nilai terbaik, tetapi sebetulnya aku tidak berharap banyak.
Aku jadi mengenang kejadian beberapa waktu yang lalu ketika aku memarahinya karena dia bermain terus dan tidak mau belajar tanpa kutemani, disaat itu aku sedang sibuk bekerja dengan komputerku dan meminta dia mengerjakan soal yang sudah kubuat eh dia malah bermain dan membuat kotor lantai lalu aku marah padanya sampai dia menangis.
Dalam tangisnya dia hendak memelukku [anakku memang memiliki kebiasaan ini, bila kumarahi selalu menangis minta dipeluk] tapi kali itu aku tidak mau memeluknya karna sedikit jengkel. Dia menangis dan terus menangis akhirnya aku kasihan dan kupeluk juga lalu kuajak bicara baik-baik dan bertanya : "Kamu tahu tidak kenapa mami sampai marah sekali padamu?" Masih dalam isak tangisnya dia menjawab "Tidak tahu........"
Kali ini aku yang tersentak kaget, alamak dari tadi aku marah dan mengeluarkan banyak kata nasehat untuknya ini dan itu eh ternyata dia tidak tahu kenapa aku marah !?!?!?
Lalu kutanya baik-baik : "Lalu kenapa kamu menangis?" tadinya aku pikir dia menyesali perbuatannya tapi dia menjawab : " karna saya mau dipeluk mami"
Kembali aku tersentak seperti tersadar..............jadi rupanya selama ini aku telah salah metode? Biasanya aku selalu marah dan menasehatinya panjang lebar bila dia berbuat yang menurudku nakal tapi sekarang kuketahui bahwa dia tidak mengerti, dia menangis dan sering kali minta maaf hanya supaya aku tidak marah lagi dan dia mendapat pelukan.
Hari itu aku belajar cara menangani anakku dengan lebih baik lagi, inilah manfaat yang kurasakan ketika ibu di rumah, aku jadi lebih mengenal anakku sendiri, mengenali dia secara seutuhnya, beberapa kali kudapati kwalitas yang baik dalam diri anakku bahkan ketika aku melihat seperti kenakalan. Contohnya ketika dia menulisi pagar dengan kata-kata larangan menendang dan menggelantung . Hal ini disebabkan karena dia melihat temannya melakukan hal tersebut di pagar rumah kami.
Memiliki kwalitas waktu bersama anak ternyata sangat mempengaruhi perkembangannya. Aku melihat hal ini sejak aku tidak bekerja dan selalu di rumah. Nilai pelajarannyapun meningkat dari waktu ke waktu padahal dia tidak les ini dan itu.
Menyadari hal itu aku sangat mensyukurinya dan berharap dapat terus begini yang berarti tidak harus bekerja di luar rumah lagi. Memang, bila memikirkan kebutuhan hidup dan keinginan, rasanya bekerja dan mendapat penghasilan tambahan akan jauh lebih nyaman, namun mengingat pentingnya investasi yang satu ini aku mengurungkan niatku, walaupun untuk hal itu harus ada harga yang harus kubayar, penyesuaian gaya hidup. Tidak ada lagi makan mewah di restoran, tidak ada lagi makan-makan di mall yang dulu sering kulakukan karna tidak suka masak, tidak ada lagi baju baru tiap suka, dan hal-hal lainnya.
Apakah aku menderita ? ah........... ternyata ini lebih menyenangkan, yang menjadi persoalan hanyalah perasaan mengabaikan potensi yang ada dalam diriku dan keinginan untuk mengembangkan potensi dan menciptakan ladang pekerjaan.
Walau harapan itu masih tertunda tetapi dalam setiap kesempatan aku selalu memikirkan cara untuk mewujudkannya, bisnis penjualan program akuntansi yang kulakukan secara on line sempat menjadi penghibur dan penyaluran, walau masih baru tetapi ini sudah mulai jalan, order sudah mulai berdatangkan walau belum terlalu banyak tetapi mungkin karna aku belum dapat full konsentrasi untuk mengembangkannya, namun perlahan tapi pasti aku tetap memikirkan dan mengerjakan di setiap waktu luang yang ada.
Saat ini, anak adalah prioritas utamaku, mengingat usianya yang masih membutuhkan banyak perhatian. Aku ingin menanamkan nilai-nilai yang kuyakini baik tertanam kuat dalam dirinya seperti belajar itu penting dan harus dilakukan seumur hidup, agama dan nilai-nilai yang benar serta karakter yang baik juga harus jadi prioritas.
Suatu hari anakku berkata begini : " mam, saya ingin memetik bunga yang berwarna merah untuk mami" Rupanya dia mendengar pembicaraanku dengan suami mengenai tanaman yang kuinginkan dirumah yaitu tanaman yang tidak hijau semata tetapi berwarna-warni terutama bila ada bunga atau tanaman yang berwarna merah.
Dengan senyum aku berkata : "Mamie akan lebih bahagia bila kamu menghadiahkan nilai-nilai yang baik untuk mami, nilai yang tidak ada 70 nya, walaupun untuk itu kamu harus lebih giat belajar dan teliti juga sungguh-sungguh mengerjakan soal ulangan, dan itu adalah hadiah yang paling membahagiakan mamie".

Hari ini anakku telah memberikannya, walau esok akan ada penilaian lagi, yang berarti dia harus belajar dan tak pernah berhenti namun hari ini dia telah memberikan apa yang mamie inginkan dan esok mamie yang harus membantunya mencapai harapan mamie.........nilai yang baik.
Ada pepatah yang mengatakan : anak kecil seperti selembar kertas putih, apapun yang kamu tulis diatasnya itulah yang akan terlihat.
Anak membaca dari apa yang dia lihat dan dengar, bila dia keliru artinya modelnya yang salah.
Kepolosan anakku telah mengajarkanku seseatu yang berharga.

Rabu, 12 Maret 2008

Harapan Yang Tak Pernah Sirna

Ini adalah kisah hidup seorang yang memiliki harapan yang tak pernah sirna.

Terlahir sebagai anak bungsu dari 11 bersaudara, di sebuah kota kecil.
Ia tumbuh dalam lingkungan keluarga yang selalu sibuk bekerja.
Ayahnya memiliki sebuah toko yang menjual kebutuhan sehari-hari.
Di kota kecil tersebut toserba ayahnya termasuk cukup besar dan ramai.
Semua kakak lelakinya membantu ayahnya di toko mereka.
Sedangkan semua anak perempuan memiliki usaha sendiri.
Di kota kecil tersebut keluarga mereka adalah pionir dibidang Salon Kecantikan, Binatu dan Toko Kue. Toko merekalah yang mempelopori pembuatan kue ulang tahun.
Pendek kata usaha merupakan hidup mereka. Semua tugas telah terbagi dengan baik.
Anak perempuan tertua menangani facial dan pembuat pola baju, anak kedua membuat kue dan menjahit baju, anak ketiga dan seterusnya bertugas di salon untuk memotong rambut, keriting, juga membantu menjahit dan membuat kue, selain itu pekerjaan rumah tangga juga dibagi pada setiap anak perempuan, mulai dari memasak, mencuci, membersihkan rumah dan lain sebagainya. Dimalam hari ibu mereka masih sempat merajut.
Bila toko sedang ramai sekali biasanya diawal bulan apalagi ketika lebaran menjelang, semua anak dikerahkan membantu termasuk anak perempuan, jadi kehidupan keluarga ini adalah sibuk dari pagi hingga malam hari, mulai dari ayah, ibu, anak lelaki dan perempuan, dari yang tertua hingga yang paling kecil.
Bekerja dan mencari uang merupakan prioritas hidup mereka, bukan sekolah.
Yang dipentingkan orang tua bagi anaknya adalah ketrampilan bukan ilmu pengetahuan.
Dapat dibayangkan, hidup dalam lingkungan keluarga seperti itu membentuk sesuatu dalam dirinya. Sejak umur 7 tahun ia sudah pandai berdagang.
Setiap hari ia membawa permen, mainan atau apa saja ke sekolah untuk dijual pada teman-temannya dan menyimpan uangnya di celengan.
Itu sebabnya sejak kecil ia tidak pernah kekurangan uang.
Bagaimana tidak, barang dagangan ia peroleh dari toko keluarganya tanpa membeli, lalu hasil penjualan menjadi miliknya, selain itu setiap hari ia dapat uang jajan. Jadi tidak heran bila ia punya banyak uang. Bagusnya ia tidak pernah berfoya-foya, semua uangnya ia tabung di celengan ayam [celengan dari tanah liat yang berbentuk ayam].
Untuk keperluan sekolahnya semua sudah tersedia di toko mereka, belum lagi setiap tahun ia merayakan ulang tahun dan mendapatkan banyak hadiah.
Namun herannya semua hadiahnya dapat tersimpan dengan rapi, ia tidak memboroskan apapun miliknya, jadi dia selalu memiliki segala sesuatu yang lebih dari cukup, mulai dari alat sekolah, mainan, stiker maupun kaset lagu anak-anak dan drama, belum lagi makanan kecil seperti permen, coklat, biskuit dan sebagainya. Pendek kata masa kecilnya cukup makmur.

Ketika beranjak remaja, semua saudaranya mulai menikah dan usaha papanya mulai menurun, namun dia masih berkecukupan, walau kala itu keluarga mereka tidak kaya.
Setelah lulus SMA sesuatu mulai terjadi dalam hidupnya, ayahnya bangkrut ditipu oleh menantu sendiri, ibunya sakit dan tidak dapat bekerja berat lagi, semua kakaknya telah menikah dan memiliki keluarga dan tanggung jawab sendiri, dan tinggallah dia yang harus berjuang untuk menghidupi diri sendiri.
Keberuntungan tampak tidak meninggalkan dirinya, sebelum ijasah SMAnya diterima, ia mendapat pekerjaan di toko sahabatnya walaupun keinginannya untuk kuliah harus kandas ditengah jalan tapi ia masih tetap berharap.
Setelah ijasah SMA diterimanya, dia melamar pekerjaan di bank swasta dan diterima.

Selama 3 bulan dia harus pindah kota untuk tranning, setelah kembali dia bekerja sebagai karyawan bank dan bercita-cita menjadi seorang bankir, selain itu dia membuka usaha rumah makan dirumah.
Usaha ini dilakukannya dimalam hari setelah pulang kerja, ibunya yang membantu dirumah. Walau tidak berkelimpahan tetapi kehidupan mereka lebih dari cukup.
Ibunya yang mengetahui keinginan kuat dari anaknya untuk kuliah menyarankan dia untuk kuliah malam, namun karena dia mengasihi ibunya dan tidak tega meninggalkannya sendirian menjalankan usaha rumah makan, dia mengurungkan niatnya.
Setelah 2 tahun bekerja di bank swasta dia mendapat tawaran untuk bekerja sebagai pimpinan cabang pada sebuah perusahaan milik saudaranya, dengan mempertimbangkan kondisi mamanya dan kemungkinan adanya kesempatan untuk kuliah lagi dia memutuskan untuk menerima tawaran tersebut dan membuang keinginannya untuk menjadi bankir.

Dua tahun dia bekerja mengelola perusahaan itu, pekerjaan yang dia tangani tidaklah mudah, semua orang yang mengerti bidang pekerjaannya itu berdecak kagum kepadanya, karena kemampuannya menjalankan usaha tersebut dengan baik dan menghasilkan keuntungan bagi pemilik, tetapi dia sendiri mengalami kesedihan.
Cita-citnya untuk kuliah ternyata gagal. Hal ini disebabkan karena pekerjaan yang harus dikerjakannya telah menguras waktu, tenaga dan pikirannya, adakalanya dia harus bekerja sampai tengah malam atau bahkan subuh padahal gaji yang diterimanya tidaklah terlalu besar, tingkat stressnyapun tinggi. Apa yang membuat dia bertahan? Ibunya.

Setelah ibunya meninggal karna sakit, dia tidak ingin lagi melanjutkan pekerjaannya dan akhirnya dia pindah ke Jakarta, kota yang tidak ia sukai karna kemacetan dan hiruk pikuknya, namun karna tidak ada pilihan lain ia pun pindah.
Di Jakarta ia sempat bekerja di bank swasta, namun kondisi perjalanan di Jakarta dirasakan berat olehnya, akhirnya diapun terpaksa pindah kerja, lagi-lagi keinginan menjadi bankir tidak terlaksana. Mulailah dia bekerja pada sebuah perusahaan kecil sebagai sekretaris owner.
Selama 2 tahun dia bekerja disana, sang owner sangat menyenangi pekerjaannya sehingga dia diberi kesempatan untuk kuliah, namun karena biaya, dia hanya dapat mengambil kuliah kilat saja, karena segala biaya hidup harus dia tanganinya sendiri .

Suatu hari terjadi masalah di tempat kerjanya, sang owner mendapat patner kerja yang baru, tampaknya orang tersebut kurang bermaksud baik, dia mencium hal tersebut dan akhirnya berusaha disingkirkan, singkat cerita diapun mundur dari perusahaan tersebut, dan kebetulan mendapat tawaran bekerja pada sebuah perusahaan yang baru mulai dirintis.
Dia diminta merintisnya dari nol. Buat dia yang menyukai tantangan, hal itu adalah kesempatan.

Iapun bekerja pada perusahaan itu sebagai seorang pionir, karena pada saat itu tidak akan ada orang yang mau bekerja pada perusahaan yang seperti itu.
Di tangannya perusahaan itu sempat maju dan berkembang, namun hal itu tidak berlangsung lama karena sang owner mulai ikut mengelola dan mengadakan banyak expansi yang akhirnya malah menimbulkan kerugian.
Keinginan sang owner untuk cepat sukses telah membawa perusahaan kepada kesulitan cash flow, dan beban biaya operational yang berat, ditambah lagi ada perusahaan di dalam tubuh perusahaan tersebut.
Awalnya dia tidak mengerti tetapi setelah kerugian mulai terjadi dia pun melihat masalahnya tetapi dia tidak dapat berbuat apa-apa.
Di perusahaan ini dia mengalami banyak hal yang membuat pandangannya berubah.
Sejak awal ia bekerja, dia bekerja dengan sungguh-sungguh.
Pemilik perusahaan menyadarinya dan selalu berjanji dan memberi dia harapan sehingga dia berpikir bahwa dia dapat menggantungkan masa depannya pada perusahaan itu, dia merasa pemilik perusahaan itu adalah seorang pemimpin yang sangat baik, seperti malaikat bahkan Tuhan, dia sangat menghormatinya, mengasihinya sebagai seorang kakak dan mempercayainya sepenuh hati bahkan lebih dari siapapun, itu sebabnya dia tidak segan-segan untuk bekerja sangat keras, sangat jujur, sampai mengabaikan kesehatan dan kantong sendiri.
Bagi perusahaan kecil yang baru dirintis pengorbanan memang sangat dibutuhkan, namun dia selalu memiliki harapan bahwa suatu saat dia akan menikmati hasil kerjanya, itu pulalah janji yang sering diterimanya dari sang owner.

"Harapan adalah harapan, kita harus realistis dalam hidup ini, jangan mementingkan yang lain dan mengabaikan lainnya, semuanya harus seimbang".
Kalimat itu muncul setelah banyak hal terjadi dalam pekerjaannya yang membuat dia belajar.
Dulu demi mementingkan perusahaan dia mengabaikan hal lainnya, bagi dia bekerja haruslah sungguh-sungguh, jujur, keras, mengabdi dan bila perlu berkorban, sedangkan hak tidak perlu dipikirkan, percaya saja bahwa pimpinan sangat peduli dan tidak akan mengabaikan karyawan, begitu yang ia terima dan begitu yang ia percaya dan ingin dia terapkan pada semua orang yang lain. Hal inilah yang mendatangkan konflik karena ternyata tidak semua karyawan seperti dia dan hal ini menimbulkan salah paham yang menyeret dia kepada kepedihan yang dalam.
Kekecewaan demi kekecewaan akhirnya dia terima.

Janji mendapat bagian saham kosong menjadi harus membeli saham, pemotongan pendapatan berkali-kali terjadi, prinsip kerjanya yang benar dan tegas terhadap bawahan yang dibenarkan oleh sang owner membuat dia dijauhi oleh semua orang.
Gosip-gosip yang memojokkannya telah membuat dia diragukan, semua hal buruk itu harus ditelannya sendiri, tidak ada seorangpun yang dapat ia ajak bicara tetapi ia masih punya harapan yang kuat karena merasa sang owner masih dipihaknya. Meskipun ada kekecewaan yang diterimanya dari sang owner namun dia tetap bersikap positif karena masih tetap berharap.

"Disinilah titik pendewasaanku terjadi, terlalu banyak air mata terkuras ditahun-tahun itu namun tak ada yang tahu. Kesendirian, ketidak-adilan, kekecewaan, telah membuat dia ingin segera melarikan diri jauh-jauh. Beberapa kali dia hendak mengundurkan diri namun lagi-lagi tidak terjadi karena sang owner masih menahan dan memberi keringanan dan ............. dia masih tetap memupuk harapan.

Bukan merupakan rahasia lagi, rata-rata karyawan tidak terlalu mementingkan perusahaan tetapi mereka bekerja karna dibayar dan tidak sedikit karyawan yang menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi, ini dapat terjadi dimana-mana. Sebaliknya para pemimpin perusahaanpun sama, mereka membebankan biaya-biaya yang tidak seharusnya dibebankan pada institusi mereka sehingga mengurangi laba dan pembagian bonus karyawan itupun lumrah terjadi juga.
Namun bagi dia hal yang disebut diatas merupakan sesuatu yang menimbulkan konflik.
Di satu sisi dia merasa kebenaran yang dia pegang harus dipertahankan namun disisi lain dia melihat adanya ketidak-benaran terjadi disekitarnya.
Bersikap terlalu benar telah membuat dia terjebak dalam konflik yang berkepanjangan dan rasa sakit yang dalam, ketidak berdayaan terasa menyiksanya dalam situasi itu.
Berkali-kali dia ingin keluar namun kebutuhan hidup membuat dia takut berjalan keluar, lambat laun, perlahan namun pasti, motivasinyapun memudar, bekerja bukan lagi merupakan tantangan tetapi telah berubah menjadi tekanan dan penderitaan.

Saat ini dia telah bebas dari semua konflik itu karna dengan cara yang diluar dugaan akhirnya dia keluar dari semua itu. Ketidak berdayaan dan kelemahan yang dia rasakan dipotong oleh tangan yang tak terlihat namun terasa, dan mengeluarkan dia dari semua situasi itu.
Walaupun awalnya dia merasakan kepedihan dan ketidak nyamanan, namun akhirnya dia menyadari ini adalah keajaiban!
Ketakutannya untuk keluar dari tempat yang dia rasakan sebagai masa depannya menjadi tidak berarti ketika dia sudah berada diluar.

Masih banyak hal yang ia alami yang tidak dapat dituliskan satu persatu, namun ada satu hal yang ia miliki : Dia tidak kehilangan harapan.
Harapan untuk melihat sebuah perusahaan yang kuat namun bersih, harapan untuk meraih masa depan kembali, harapan untuk melihat sosok pimpinan yang patut diteladani.

Ada yang mengajarkan : bila anda bertemu pimpinan yang pelit, medit dan tidak berbelas kasih itu artinya kamu juga sama, itu terjadi supaya anda bisa ngaca.
"Saya tidak sependapat dengan hal itu, menurud saya, seorang pimpinan harus memberi contoh dan teladan kepada bawahan terutama yang masih hijau agar mereka dapat melihat dan mengikuti pola yang benar. "

"Harapan itu tidak pernah sirna dan melemah, bila saat ini aku tidak memperolehnya, suatu saat nanti anakku mungkin akan menerimanya, itu lah yang disebut harapan."
Demikian tuturnya menutup cerita.

Senin, 10 Maret 2008

Seputar Mengurus Keuangan dan Rumah Tangga

Kemaren ada seorang ibu yang bertanya:

"Idealnya berapa sih kita harus menabung setiap bulannya ? kok rasanya saya tidak dapat menabung sekarang ini, biaya pendidikan anak terlalu mahal, belum lagi ada ini dan itu, mana harga-harga pada naik, rasanya sulit untuk dapat menabung, jangan kurang aja udah syukur, apalagi saya kan seorang ibu rumah tangga alias tidak bekerja".

Mungkin pertanyaan atau pernyataan yang serupa sering dimiliki oleh ibu-ibu rumah tangga yang tidak bekerja atau malah yang sedang bekerja karena akhir-akhir ini keluhan yang sama tidak sedikit mengalir dari mulut para ibu rumah tangga yang sehari-harinya hanya dirumah, sedangkan penghasilan sang suami tidak bertambah. Bahkan disebabkan kekhawatiran akan kekurangan menyebabkan tidak sedikit ibu-ibu yang takut untuk berhenti bekerja padahal jika mau jujur batin mereka bergejolak.

Bila saya mengamati kehidupan banyak keluarga, saya mendapati bahwa ada keluarga yang dapat hidup dengan pendapatan Rp 300.000,- sebulan, ada yang Rp 3.000.000,- ada yang Rp 30.000.000,- ada yang dibawah atau bahkan diatas angka-angka tersebut.
Sangat bervariasi, walaupun pendapatan mereka menentukan gaya hidup mereka, ada yang kita sebut sangat miskin, ada yang miskin, pas-pasan, kaya dan lain sebagainya.

Saya memiliki kesimpulan sendiri atas hal ini, sesuai dengan gaya hidup yang berbeda dari setiap orang maka saya membuat tingkatan yang membuat kita dapat menggolongkan di tingkat mana posisi keuangan kita berada, ini tidak ditentukan oleh besarnya pendapatan seseorang tetapi oleh bagaimana seseorang mengelola pendapatannya tersebut.
Perhatikan Penjabaran berikut :

- Sangat Miskin = Tidak ada Pendapatan.

- Miskin = Pendapatan lebih kecil dari Pengeluaran.

- Pas-pasan = Pendapatan sama besar dengan Pengeluaran.

- Cukup = Kelebihan Pendapatan dibawah 30%.

- Sederhana = Kelebihan Pendapatan diatas 30%,<>

- Menengah = Kelebihan Pendapatan sama dengan 50%.

- Kaya = Kelebihan Pendapatan diatas 50%.

- Sangat Kaya = Kelebihan Pendapatan melebihi posisi kaya.


Dengan melihat penjabaran diatas maka dapat disimpulkan
andalah yang dapat menentukan posisi keuangan anda.
Gaya hidup setiap orang sangat berbeda, definisi sederhana bagi seseorang yang memiliki penghasilan 30 juta perbulan tentu saja berbeda dengan yang memiliki penghasilan 3 juta perbulan, namun bila dengan pendapatan dan gaya hidup yang biasa dijalani seseorang masih dapat menabung seperti gambaran diatas maka itulah posisi keuangan yang mereka miliki, mulai dari sangat miskin sampai sangat kaya.
Seseorang yang memiliki penghasilan 30 juta perbulan dapat saja digolongkan dalam posisi miskin apabila pendapatan mereka tersebut selalu kurang untuk mencukupi gaya hidup mereka, dan sebaliknya seseorang yang memiliki pendapatan 3 juta dapat saja memiliki posisi kaya.

Definisi kaya dapat juga berbeda bagi setiap orang namun bagi saya definisi kaya adalah anda tetap dapat menjalani gaya hidup yang selama ini anda jalani tanpa khawatir akan kekurangan, anda tetap dapat melakukan apapun yang anda ingin lakukan tanpa anda terikat oleh apapun tatapi pendapatan anda terus mengalir, dengan kata lain anda dapat sedang rekreasi di Bali tetapi uang terus masuk ke rekening anda dan posisi keuangan anda tetap berada dalam kategori kaya atau sangat kaya [penjabaran diatas].
Apakah hal itu mungkin terjadi ???
Bila saya membaca tulisan orang-orang kaya, rata-rata mereka seperti itu dan bila saya pelajari mengapa hal itu dapat terjadi maka ternyata yang mereka lakukan sederhana :
Mereka mengalokasikan pendapatan mereka untuk investasi dan tabungan sebanding dengan jumlah pengeluaran yang mereka pakai, tentu saja jumlah penghasilan juga mempengaruhi, namun dalam skala yang kecil kita dapat mulai melakukan hal itu.
Seperti pepatah yang mengatakan diatas langit ada langit, tetapi saya katakan bila udah disebut langit berarti sudah tinggi artinya kita dapat menjadi kaya dalam skala kita masing-masing.
Kita dapat memulainya dari sekarang, semakin cepat seseorang menata kehidupan keuangannya semakin cepat posisi keuangannya meningkat. Memang diperlukan kemauan dan disiplin dalam hal ini tetapi bila kita tidak melangkah maka tidak ada kemajuan.
Saya sendiri pernah mengalami masa-masa dimana terpaksa harus melakukan perubahan gaya hidup, namun saya menyebutnya sebagai mundur selangkah untuk maju beberapa langkah.
Selalu ada hal baik yang dapat kita pelajari dari kondisi hidup yang tidak enak, demikian juga dalam hal keuangan, tidak enak memang karena adakalanya kita yang biasanya boros harus ngirit terutama bagi ibu-ibu yang biasanya bekerja dan harus berhenti demi mengurus anak dan rumah tangga, tetapi saya percaya pengorbanan seorang ibu demi anaknya itupun investasi.

Saya ingin mengakhiri cerita saya dengan menceritakan sebuah kisah yang diceritakkan oleh sorang teman mengenai anak-anak dengan ibu di rumah dan ibu yang bekerja.
Anak-anak yang ibu nya selalu dirumah maksudnya yang selalu memprioritaskan anaknya biasanya cemilan mereka adalah buah, juice, atau makanan sehat lainnya sedangkan ibu-ibu yang tidak memperhatikan anaknya [biasanya ibu yang bekerja dan menyerahkan anaknya 100% pada suster atau pembantu] cemilannya adalah chiki, taro, permen atau sejenisnya.

Dari kisah diatas maka saya mendorang untuk ibu-ibu, jangan takut untuk bersama anak anda dirumah, ikuti perkembangan mereka dari awal, itulah yang terbaik, pengalaman saya yang tidak ada bersama anak sejak awal membuat saya menyadari bahwa adalah sangat berharga bila seorang ibu dapat bersama anaknya sejak mereka lahir, dan berbekal pengetahuan mengelola keuangan yakinlah anda tidak akan berkekurangan.

Sabtu, 08 Maret 2008

Hasil Presentasi

Sabtu lalu saya mempunyai kesempatan mempresentasikan penggunaan program untuk mempermudah pembuatan Laporan Keuangan secara pribadi sehingga setiap orang seperti memiliki perusahaan sendiri, yang harus mereka kelola dengan baik.
Hasilnya, dari semua peserta yang hadir ternyata tertarik untuk memiliki program tersebut.

Kegembiraan yang saya miliki adalah karena mulai ada orang-orang yang menyadari akan pentingnya membuat Laporan Keuangan dan tentu saja hal ini akan menghindarkan mereka dari kanker Keuangan dan jika mereka setia dan disiplin mereka sedang berjalan ke arah kaya karena
Kunci Menjadi Kaya adalah Mampu Mengelola Pendapatan melalui Investasi dan Menata Pengeluaran.

Bila ada kesempatan lain saya akan membagikan apa yang telah saya pelajari dengan lebih baik lagi dan belajar lebih baik lagi untuk membagikan kepada lebih banyak orang.
Ini adalah Harapan.

Senin, 25 Februari 2008

Pentingnya Membuat Laporan Keuangan

Dalam salah satu bukunya, Robert Kyosaki menuliskan :
Kekayaan dan Kesehatan itu sama. Bila anda ke dokter dan melakukan pemeriksaan darah, anda akan mendapatkan laporan dari hasil pemeriksaan tersebut, dan dokter akan membacakan kondisi kesehatan anda, apakah anda sehat atau anda terkena kanker.
Demikian juga dengan kekayaan anda, Laporan Keuangan yang anda buat akan menunjukkan apakah anda kaya atau anda sedang terserang kanker Financial.

Tadinya saya berfikir bahwa membuat Laporan Keuangan hanya diperlukan untuk orang-orang yang masih berjuang alias belum memiliki kebebasan Financial, sehingga dapat menata keuangan dengan lebih baik untuk masa depan, karena dengan membuat Laporan keuangan kita dapat melihat apakah kita boros atau tidak, dimana letak kebocorannya, apa yang harus kita kurangi, bagaimana rencana kita kedepan atau sebaliknya apa yang harus kita buat dengan kelebihan penghasilan kita, investasi apa yang lebih baik, dapatkah kita membeli asset baru dsb.
Namun saya mendapati bahwa ada banyak orang-orang sukses atau orang-orang kaya yang telah melakukannya bahkan justru orang-orang kayalah yang lebih konsen akan hal itu.
Saya menyimpulkan bahwa justru orang-orang yang konsen akan kesehatan keuangan merekalah yang akhirnya menjadi orang kaya dan rata-rata dari mereka memiliki catatannya .

Saya mulai mengingat kisah sahabat saya mengenai saudaranya yang hanya lulus SD namun memiliki kekayaan yang lumayan banyak , pendek kata dimasa tuanya dia hanya perlu duduk manis saja dirumah, atau pergi kemana-mana untuk pelancong, dan urusan kebutuhan sudah tidak perlu dipusingkan lagi, bahkan pada saat imlek dia tidak memerlukan ucapan Kong Xi Fat Chai [ucapan yang mengandung doa supaya kaya raya] dan lebih memilih ucapan Xing Nien Cien Khang [ucapan tahun baru dengan disertai doa supaya sehat selalu]. Apa artinya?
Dia sudah memiliki kebebasan Finansial saat ini !
Namun sebelum sampai pada saat ini dia selalu melakukan pencatatan, dia memiliki banyak buku yang memuat catatan hartanya, ada catatan tentang perkembangan usaha, ada catatan tentang aset dan juga catatan perkembangan kekayaannya. Semua dia lakukan dalam buku-buku dan ditulis dengan tangan.
Di era komputer saat ini adalah lebih mudah untuk melakukan hal tersebut namun yang saya petik dari cerita diatas adalah seorang tamatan SD yang sudah berumur, sudah melakukan Pembuatan Laporan Keuangan Pribadi di masa lalu.

Pada saat ini saya banyak melihat orang-orang yang cenderung konsumtif dan hidup dengan berhutang karena memang menjadi trend untuk masa sekarang, apalagi untuk mendapatkan Hutang bukanlah hal yang susah saat ini. Penawaran kartu kredit ada dimana-mana, para pemberi hutang justru yang menelpon orang yang akan diberi pinjaman, KPR berbunga rendah. Tanpa sadar orang dapat terjebak dalam kekayaan palsu.
Dengan membuat Laporan Keuangan Pribadi kita dapat melihat kekayaan kita dengan jelas.
Itu sebabnya terbukti membuat Laporan Keuangan Pribadi itu sangat penting.

Sabtu, 16 Februari 2008

Pengalaman Menata keuangan

Setiap keluarga dapat hidup berkecukupan. Tetapi hal itu tidak dapat terjadi dengan sendirinya. Jika kita mau hidup berkecukupan maka harus ada rencana yang dilakukan bahkan jauh sebelum kehidupan berumah tangga dimulai.

Kata cukup mempunyai arti yang berbeda bagi tiap-tiap orang, namun kita harus menyesuaikan gaya hidup dengan tingkap penghasilan kita masing-masing.
Sebenarnya dalam hidup ini, asal kita mau hidup sederhana, kita tidak akan dipusingkan dengan hal-hal yang menguras tenaga, pikiran bahkan kesehatan kita.
Asal ada makanan dan pakaian itu sudah cukup, ini adalah tingkat kesederhanaan yang paling mendasar, namun hal itu bukan berarti membuat kita jadi malas dan tidak mau bekerja lebih keras karena tidak memiliki keinginan untuk hidup lebih baik.
Yang perlu dilakukan adalah kita tetap bekerja keras, berusaha untuk maju, melakukan segala sesuatu dengan sekuat tenaga dan menyerahkan hasilnya dengan kerelaan, artinya ketika kita telah melakukan yang terbaik apapun hasilnya, itu patut kita syukuri.
Namun disisi lain kita selalu membangun gaya hidup kita dibawah penghasilan yang kita dapat sehingga memungkinkan kita untuk menyimpan atau berinvestasi.
Bukan sebaliknya memiliki gaya hidup yang sama atau bahkan melebihi apa yang kita hasilkan sehingga menimbulkan hutang dan pekerjaanpun menjadi beban, sampai ketenangan menjauh.

Kecukupan tidak hanya terletak pada seberapa besar penghasilan yang kita miliki, tetapi seberapa baik kita mengatur pengeluaran kita.
Pengetahuan untuk mengatur keuangan dengan baik memungkinkan kita untuk selalu hidup cukup. Dengan mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran akan mempermudah hal tsb.

Saya sudah terbiasa untuk mencatat seluruh penerimaan dan pengeluaran dalam keluarga kami sejak tahun 1999, namun saya baru merasakan pentingnya hal tsb setelah tahun 2005.
Ketika itu kami sedang membutuhkan dana yang cukup besar secara mendadak dan diluar rencana. Disaat itu saya selaku manager keuangan keluarga tidak tahu apa yang harus saya buat. Saya hanya dapat berdoa, kemudian saya mendapat pencerahan untuk kembali mempelajari semua catatan keuangan yang selama ini sudah saya buat dan tersimpan rapi.
Ternyata saya menemukan ada banyak hal yang masih dapat saya hemat dan dari sana saya membuat rencana ulang untuk menata keuangan kami guna memenuhi kebutuhan mendadak tsb. Dengan anugerah Tuhan yang maha esa akhirnya kebutuhan kami terpenuhi.

Dari hal tersebut diatas saya belajar lebih mengerti lagi bahwa pencatatan keuangan itu penting, dan karena mencatat secara manual itu merepotkan akhirnya saya menggunakan komputer.
Beberapa waktu kemudian saya berhasil juga membuat program untuk mempermudah hal tsb. Program itu bahkan mampu memperlihatkan perkembangan keuangan keluarga.
Pencatatan yang tadinya sederhana menjadi layaknya laporan keuangan pada perusahaan pada umumnya dengan cara yang sangat mudah.
Program ini pulalah yang kemudian saya tawarkan kepada banyak orang terutama keluarga yang mau belajar mengatur keuangan mereka, sehingga menjadi lebih baik dan memungkinkan setiap orang untuk dapat hidup berkecukupan dengan perencanaan yang dibuat secara matang.

Harapan saya adalah setiap orang menyadari pentingnya membuat rencana melalui pencatatan keuangan. Biasanya dengan cara manual banyak orang segan melakukannya namun melalui program yang saya buat, pencatatan menjadi lebih mudah dari manual.
Semoga setiap keluarga tidak lagi mengalami kesulitan keuangan. Tentu saja hal ini hanya berlaku bagi orang-orang yang mau belajar, memiliki disiplin dan mau berubah.

Ternyata apa yang saya coba lakukan mendapat sambutan baik juga dari beberapa teman, kenalan dan orang-orang yang berada dalam komunitas saya.
Semoga berguna.

Selasa, 29 Januari 2008

Dua Kabar Gembira

Hari ini saya mendapat dua berita gembira, yang pertama adalah mengenai sahabat yang sudah saya anggap saudara. Sejak akhir Juli 2007 yang lalu dia berangkat ke Amerika, singkat cerita dia harus menjalani operasi disana, hal ini disebabkan tumor yang ada di rahim, namun ternyata usus pembuangannyapun bermasalah hingga akhirnya dia harus menjalani 2x operasi. Operasi pertama berjalan lancar walau ceritanya lumayan serem, sampai-sampai ada yang membuatku meneteskan air mata ketika membaca emailnya, namun hari ini saya menerima berita yang juga hampir membuatku meneteskan air mata, tapi kali ini air mata haru, operasi keduanya berlangsung dengan baik dan kondisinya pulih secara menakjubkan dan yang lebih hebat lagi semua biaya perawatannya gratis karena ada yang membantu, padahal perawatan yang dia dapatkan layaknya kelas 1 di rumah sakit Indonesia. Ini luar biasa karna total biaya yang dia butuhkan tidak kurang dari 500 juta.

Nyawa manusia memang sangat mahal harganya, ini adalah alasan yang paling kuat buat kita untuk bersyukur bila saat ini kita dalam kondisi yang sehat, walau apapun yang sedang kita hadapi. Namun buat yang sedang sakit, selalu ada maksud indah dibalik semua itu yang mungkin belum disadari.

Kisah sahabatku adalah inspirasi, dari sejak awal dia mengetahui apa yang sedang dia hadapi, namun begitu rasa syukur tak lepas dari semua tulisannya, walau pada akhirnya hasilnya baik dan tumornya itu jinak, awalnya dia tidak pernah tahu, kemungkinan terburuk yang harus dia hadapi adalah kanker, walau begitu dia selalu bersyukur dan percaya bahwa Tuhan tidak akan menyia-nyiakan umatNya, dan oleh kekuatan doa, dia menerima keajaiban.

Kabar Gembira kedua yang saya terima adalah program akuntansi yang saya buat ternyata sangat membantu bagi salah seorang pelanggan saya. Bukan karena saya telah mulai menghasilkan income yang membuat saya gembira, tetapi ada pelanggan yang merasa terbantu yang membuat saya bahagia. Ini berarti saya dapat mempergunakan pengetahuan yang saya miliki untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Sikap saya yang rela melepaskan pekerjaan dan menanggapinya dengan positif telah memungkinkan semua ini terjadi.

Dalam hidup ada banyak kejadian yang akan kita hadapi, semua merupakan warna-warni kehidupan namun tanggapan kita dalam menghadapi warna hidup itulah yang terpenting, bila kita menanggapi setiap warna dengan pikiran dan hati yang jernih selalu ada keindahan yang dapat kita lihat, dan rasa syukur atas Penciptapun akan mengalir, namun bila kita melihatnya dengan tanggapan yang negatif, hati dan pikiran yang kacau, kecewa, marah, dkk. Yang terlihat hanyalah kegetiran atau kepahitan yang mendalam.

Bersyukur memang dapat memberi ketenangan dan kekuatan sehingga menciptakan pikiran yang jernih dan dengan kejernihan berfikir kita mampu melihat hikmah apa yang ada dibalik semua kejadian, kemudian...........hiduppun berjalan normal kembali.

Selasa, 22 Januari 2008

Belajar Dari Kisah hidup

Sejak beberapa waktu yang lalu saya mengikuti sebuah drama di televisi. Drama itu diangkat dari kisah hidup seorang wanita di tahun 1970.
Wanita ini memiliki seorang suami yang bijaksana, berpendidikan dan bekerja sebagai pegawai negeri dengan gaji yang kecil, ia memiliki 3 orang anak, ia adalah seorang yang sederhana, tidak berpendidikan, namun baik hati dan rajin. Dia tidak pernah mengeluh tentang keuangan, namun rajin mencari uang untuk membantu suaminya mencukupkan kebutuhan keluarga.
Di masa itu wanita karier belum popular. Rata rata ibu rumah tangga tugasnya adalah di rumah, merawat anak, suami dan mengurus rumah. Walau istri harus bekerja demi membantu keuangan keluarga, namun prioritas utama adalah keluarga. Jadi semua pekerjaan dilakukan dari rumah.


Saya membayangkan, betapa melelahkannya menjadi wanita di masa itu.
Sejak menjadi ibu rumah tangga alias tidak bekerja di kantor lagi, saya lebih dapat menghayati drama yang sarat dengan inspirasi tersebut dan saya belajar banyak lewat drama itu.
Hampir tidak ada sinetron seperti itu lagi di zaman sekarang ini.

Kisah keluarga ini membuat saya lebih menyadari betapa pentingnya sebuah keluarga yang bahagia. Bila seorang suami bersikap baik, menjadi pendidik dan sangat mencintai istrinya maka itu adalah kunci kebahagiaan, istri yang dicintai dengan tulus dan jujur akan sangat menghargai suaminya dan mampu mengasihi dan menjadi ibu yang baik bagi anak-anaknya sehingga keluarga yang kuatpun tercipta.

Ada yang mengatakan Negara yang kuat dimulai dari adanya keluarga-keluarga yang kuat. Artinya, penting untuk mengusahaakan keluarga agar bahagia.

Saya jadi ingat pada mama, kesederhanaan mama, dan kasihnya pada keluarga. Mama selalu ada dirumah bersama kami anak-anaknya, dia bekerja dari subuh sampai magrib untuk mengurus keluarga, dan membantu mencari nafkah, di malam hari dia masih menyulam atau menjahit. Tidak pernah dia duduk santai, apalagi bermalas-malasan, selalu ada yang dikerjakan dan tak pernah ada keluhan keluar dari mulutnya. Ia bekerja dan terus bekerja sampai masa wafatnya, tidak ada prestasi yang hendak ia raih, semua hanya demi menghidupi kami sebelas bersaudara. Dimata saya mama sungguh mulia.

Bila saya melihat atau membandingkan dengan wanita di zaman ini, sungguh berbeda, apalagi yang ada di sekitar saya.
Rata-rata ibu muda bekerja diluar rumah dari pagi hingga malam hari dan meninggalkan anak-anak mereka hanya dengan suster atau pembantu.
Begitu pula yang kulakukan ketika masih bekerja dulu.
Di malam hari saat pulang ke rumah, tubuh sudah terlalu lelah, waktu untuk anakpun sangat kurang, belum lagi bila anak sudah tertidur ketika ibu pulang. Makanya tidak heran bila ada anak yang lebih lengket dengan suster atau pembantu daripada dengan ibunda sendiri.
Saya bersyukur anak semata wayangku tidak demikian, walau saya harus bayar harga untuk hal itu.

Mengingat dan merenungkan akan hal itu, saya berfikir, memang, idealnya adalah ibu selalu ada dirumah, mengikuti tumbuh kembang setiap buah hati.
Kendalanya adalah rasa takut kekurangan uang, hal ini memaksa tiap ibu harus bekerja di luar rumah setiap hari dari pagi hingga petang.
Walau saya berhenti dari pekerjaan tanpa direncanakan, ada hal yang dapat saya syukuri. Dulu saya tidak pernah mau berhenti bekerja karna takut kekurangan dan hidup tidak layak, namun setelah saya tidak bekerja lagi ternyata apa yang selama ini saya khawatirkan tidak terbukti.
Hingga saat ini kehidupan kami masih berjalan normal tanpa kendala, walau harus ada beberapa penyesuaian, namun tidak terlalu menjadi masalah buat kami.

Hal ini juga disebabkan karena sejak tahun 1999 yang lalu saya sudah terbiasa membuat pembukuan untuk keluarga seperti perusahaan pada umumnya, sehingga saya dapat dengan mudah mengetahui penyesuaian biaya apa yang perlu saya lakukan dan biaya apa yang pasti berkurang dan itu dapat terlihat dengan cepat.
Laporan yang saya buat ternyata sangat membantu untuk dengan mudah mengadakan penyesuaian. Tidak percuma saya bersusah payah walau awalnya memang repot karna dilakukan secara manual, namun sekarang saya mampu membuat program untuk mempermudah pencatatan, sehingga menjadi sangat ringan. Dari penemuan itu pulalah akhirnya saya mencoba bekerja dari rumah.

Ketika diciptakan kita sudah dilengkapi dengan kemampuan beradaptasi yang baik, masalahnya hanyalah kerelaan untuk menerima segala keadaan.
Dengan saya di rumah ternyata ada banyak yang dapat dihemat. Anakpun menjadi lebih nyaman karena ada ibunya dan menjadi lebih mandiri dan disiplin.

YANG KITA BUTUHKAN SEDIKIT, YANG KITA INGINKAN BANYAK.
Kalimat yang mengandung makna yang dalam ini sering saya renungkan, dan saya berkesimpulan hal itu memang benar.
Tidak jarang kita bekerja keras hanya untuk memenuhi keinginan bukan kebutuhan sehingga terjebak dalam permainan kelinci yang lari ditempat mengejar wortel. Tidak akan pernah ada habisnya.
Memiliki rasa puas dan bersyukur akan membuat kita menjadi lebih bahagia.
Keluarga dan kesehatan adalah harta yang paling berharga.
Begitu pesan dari drama : KASIH SEPANJANG MASA.

program akuntansi keluarga, kunjungi www.vadoworkshop.com