Rabu, 28 Mei 2008

Mau Belajar

Hari ini kusempatkan diri untuk mampir melihat-lihat blog, sebenarnya bila kupikir-pikir banyak sekali anak-anak muda yang berbakat, mereka punya banyak kemampuan and mereka pandai-pandai, blog merekapun bagus-bagus.
Menyadari hal itu rasanya aku harus memacu diri untuk belajar lebih baik lagi, emang sih waktu luang seorang IRT dan anak muda memang berbeda sangat jauh tetapi tak masalah, aku akan bangun lebih pagi dan tidur lebih malam.
Melihat blog yang bagus-bagus aku jadi sadar kalau blogku jauh dari baik, selama ini dicelah-celah waktu yang sangat sempit aku menulis, belum sempat belajar banyak, tapi tak apalah, walau kusadari jika anak-anak muda perlu waktu 1 hari untuk 12jam sedangkan aku perlu 1 bulan untuk 12jam tersebut, yang penting ada progres, toh tujuanku adalah membagikan pengalaman yang akan membuat pembaca terdorong untuk belajar dan mendapatkan apa yang aku dapatkan juga, itupun bila mereka setuju, penyebabnya adalah banyak sekali yang kulihat disekitarku orang-orang yang terpengaruh oleh kenikmatan hidup dan kemewahan apalagi di kota-kota besar sehingga tidak jarang dari mereka yang sudah tidak realistis lagi dalam hidup terutama dalam hal pengeluaran. Ada yang menghabiskan seluruh penghasilan mereka tiap bulan, ada yang malah selalu kekurangan bahkan tidak jarang yang punya gaya hidup berhutang yang penting penampilan, itu sebabnya dalam hidup ini perlu sekali mengerti tentang gaya hidup yang benar. Bukannya tidak boleh hidup enak atau menikmati hasil kerja, tetapi perlu perencanaan, bila sudah sampai di titik tersebut kenapa tidak, sah-sah saja, tapi bila memaksakan diri, disinilah letak persoalannya.
Memang, mendisiplin dir itu tidak enak, butuh kemauan yang keras dan pengorbanan tapi bila itu ada hasilnya kenapa tidak, itulah namanya Mau belajar.







Minggu, 25 Mei 2008

Yang Perlu Hanya Bersyukur

Seharusnya saat ini aku gembira karena apa yang kami siapkan selama hampir 3 tahun ini telah dapat kami tempati yaitu sebuah rumah yang cukup nyaman menurud ukuran kami yang kami ciptakan layaknya sebuah hotel, setidaknya itulah komentar suamiku ketika dia bangun pagi ini dan hendak sarapan di rumah lama yang letaknya bersebelahan.
Memang bila dipikir untuk kami bertiga rumah lama kami sudah lebih dari cukup, namun dalam sebuah kebetulan akhirnya kami memiliki rumah kedua, tanpa terget kami telah membangun rumah tersebut layaknya tabungan, membuatnya setahap demi setahap hingga memakan waktu 4 tahun sejak masih berbentuk tanah kosong.
Buatku membangun rumah tersebut adalah latihan ketahanan, kesabaran, dan daya juang untuk mewujudkan apa yang diinginkan meskipun tanpa target.
Ada saat-saat dimana ketika kami membangun kami menguras seluruh tabungan kami dalam bulan-bulan tertentu karena pembangunan yang kritis dan tidak dapat dipenggal dan saat itulah aku belajar bagaimana caranya mengatur uang yang benar-benar pas-pasan pasalnya karena kami tidak mau berhutang jadi yach terjadilah kondisi itu, tapi kami jadi belajar banyak.
Tekad, Fokus dan kesehatian kami telah menghasilkan sesuatu.
Sebenarnya kami bukanlah tipe orang penikmat hidup atau mencintai kemewahan, malah sebaliknya kami adalah orang yang mencintai kesederhanaan dan selalu apa adanya, tetapi justru karena hal itulah akhirnya kami memiliki sesuatu yang lebih, yaitu rumah kedua, dan memang rumah pertamapun sudah selayaknya memerlukan renovasi karena umur bangunan.
Masih kuingat ketika pertama menempati kamar di rumah baru yang ukurannya 2x lebih besar dari kamar tidur kami yang lama. Saat itu aku merasa kecil di tempat yang besar, aneh, padahal kamar itu hanya sebesar kamar dirumah orang tuaku ketika aku masih sekolah dulu.
Akhirnya aku mengerti, ketika seseorang sudah terbiasa dalam sebuah kondisi dan berpindah kepada kondisi yang lain ada sesuatu yang terasa, dalam kasusku aku berpindah ke tempat yang lebih nyaman namun aku berfikir, bagaimana bila seseorang harus berpindah ke tempat atau kondisi yang tidak nyaman? Masih bisakah bersyukur?
Aku bersyukur karena kondisi hatiku tidak mengalami banyak perubahan, aku bersyukur dengan semua yang dapat aku nikmati namun aku tetap dapat menikmati kondisi yang biasa, malam aku ada di tempat yang nyaman tetapi pagi hingga sore hari aku lebih memilih di rumah yang lama, dengan begitu aku tetap dapat mensyukuri kedua-duanya.
Rumah pertama adalah rumah awal perjuangan kami dan rumah kedua adalah rumah hadiah kedisiplinan kami, aku dan suami tetap menginjak bumi alias tidak melayang dan lupa diri malah anehnya suamiku merasa ada yang hilang ketika kami pindah tidur ke rumah baru, "kesederhanaan", dan dia merasa sungkan untuk memperlihatkan keberhasilan yang telah diraih. "Ditengah kondisi ekonomi saat ini apa pantas memproklamirkan keberhasilan" katanya.
Berbeda dengan pandanganku yang mengatakan "ya, kenapa tidak, itu artinya ada sesuatu yang berbeda yang kita miliki, biarkan orang tahu dan belajar dari apa yang kita jalani dan lakukan, yang penting sikap kita tidak berubah dan jadilah lebih berempati pada sesama, lagipula ada banyak orang yang lebih berhasil dan punya lebih banyak, hanya saja memang, untuk lingkungan disekeliling kita, kita termasuk yang cukup beruntung".
Ada banyak hal yang kupelajari akhir-akhir ini, di atas langit ada langit, orang yang dibawah akan melihat kami lebih atau bahkan sangat beruntung tapi orang yang diatas akan melihat kami sangat biasa dan tidak ada apa-apanya. Bila dibandingkan dengan rumah-rumah pelanggan kantornya yang pernah dimasuki suamiku, rumah kami tidak ada apa-apanya sama sekali bahkan ada diantara mereka yang kamar mandinya saja luasnya sebesar rumah yang kami tempati, dan dalam pekerjaannya melihat rumah-rumah seperti itu sudah biasa namun memang berbeda bila memilikinya sendiri.
Hal lain yang dapat kurasakan adalah dengan bertambahnya apa yang kita miliki bertambah pula bebannya dan juga bertambah pula tanggung jawab yang dipikul. Memang demikianlah adanya, artinya untuk memiliki sesuatu kita harus siap terlebih dahulu, bila tidak akan menjadi beban buat kita bukan rasa syukur. Bila kita siap, segalanya akan ditambahkan, ini sama seperti seorang ayah yang memberikan sesuatu kepada anaknya.
Yah, yang jelas saat ini ada rasa syukur dalam diriku tetapi sama sekali tidak ada rasa bangga bahwa aku mampu, apalagi kesombongan, tidak ada rasa sama sekali untuk yang satu itu.

Senin, 12 Mei 2008

Doa Yang Sederhana

Jumat, 9 Mei 2008, aku sedang duduk di meja makan sambil menyantap makanan apa adanya yang ada di atas meja makan, jam belum menunjukkan waktu makan siang, namun karena perutku sudah terasa lapar maka aku memilih makan siang sebelum waktunya.
Makanan yang sederhana yang menemani makanku tiba-tiba mengingatkanku pada kakak lelakiku yang ada di Batam. Aku mengenang betapa seringnya dia mengirimiku uang dalam jumlah yang tidak sedikit, aku bersyukur untuk itu, kupikir Tuhan telah mengirim dia untuk memberkatiku namun tiba-tiba aku mengingat pola makannya.
Dia memiliki banyak uang dan mampu membeli makanan apa saja, namun kesehatannya saat ini telah membuat dia harus membatasi makanan kolestrol tinggi, juga mengingat usianya.
Tiba-tiba aku mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu ketika dia masuk rumah sakit, pingsan dan tidak bangun hingga malam, istrinya yang panik hanya bisa menangis. Saat itu yang dapat kulakukan hanya berdoa, setelah selesai aku merasa dia pasti akan sembuh lalu kutelpon istrinya dan mengatakan apa yang aku percaya, dia akan sembuh. Dan itu terjadi.
Tiba-tiba ada seruan dalam hatiku untuk saudaraku itu, "Tuhan........... lindungilah dia, tolong jagai dia, berkati kesehatannya, jangan ijinkan dia meninggal dalam usia muda, anak-anaknya masih kecil dan masih belum ada yang dapat meneruskan usahanya, aku percaya Engkau akan menyertai dan melindunginya Tuhan".
Doa itu yang tiba-tiba mengalir dari dalam mulutku begitu saja.

Minggu sore, 11 Mei 2008, aku baru selesai mandi dan ingin beristirahat sejenak untuk kemudian akan pergi ke rumah teman yang baru saja kehilangan opanya, tiba-tiba aku menerima sms dari saudara perempuanku mengenai kecelakaan pesawat, kemudian dia menelponku dan menceritakan dengan serunya bagaimana abangku lolos dari kecelakaan pesawat, kutanya kapan kejadiannya? jumat sore katanya.
Selesai menerima telpon aku membaca sms masuk dari abangku.
"Hampir hampir kita tidak akan berjumpa lagi untuk selamanya, pesawat yang kutumpangi meledak." demikian bunyi sms itu.
Segera kutelpon abangku dan mendengar dia menuturkan kisahnya dengan haru bagaimana dia ketakutan karena pesawat merpati yang dia tumpangi dari Batam menuju Jambi mengalami gangguan dan hampir-hampir terjun bebas ke laut. Betapa besar rasa syukurnya karena akhirnya selamat dari maut.
Aku bertanya padanya "kapan hal itu terjadi?" Jumat sekitar jam 5 sore jawabnya.
Aku ceritakan apa yang aku serukan jumat pagi saat makan padanya.
Dan kami sama-sama bersyukur.

Hal yang dapat aku pelajari adalah : "jangan abaikan perasaan yang timbul sesederhana apapun itu, berdoalah jika terdorong untuk berdoa, lakukanlah sesuatu jika terdorong untuk melakukannya karena kita tidak tahu bahwa tidak jarang hal itu datang dari Tuhan untuk orang-orang yang kita dan Ia kasihi.
Satu doa yang sederhana telah menyelamatkan jiwa orang yang kukasihi dan karena orang yang kukasihi banyak orang dalam pesawat itupun terluput dari maut.
Berita ini dimuat di koran Batam, kompas dan beberapa media lainnya.

Kamis yang lalu aku sempat menangis saat menelpon teman yang kehilangan papanya karena kecelakaan, hari minggu ini aku hendak pergi ke rumah teman yang baru kehilangan opanya, sepulangnya dari sana aku mendengar berita dari teman yang lain bahwa papanya meninggal dunia, semua kejadian ini terasa mendadak.
Berita luputnya abangku dari maut membuatku bahagia, namun mendengar teman lain kehilangan orang yang mereka kasihi membuatku tak sanggup tertawa.
Inilah hidup, kita bahkan tidak tahu apa yang akan terjadi sedetik lagi.

Kematian telah memisahkan orang dari yang dikasihinya namun kematian juga akan mengingatkan kita akan arti kehidupan ini.
jadi, bila kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan, sepantasnyalah kita melakukan apa yang terbaik yang dapat kita lakukan sekarang.

Senin, 05 Mei 2008

Inspirational

Everybody wants to be some body

Nobody cares how much you know
Until they know how much you care.

Every body needs some body

Anybody who helps somebody
Influence lots of bodies.

Somebody today will rise up and bocome somebody !

** If you not comfortable with yourself
You can't be confortable with others.

Sabtu, 03 Mei 2008

SEDERHANA

"Sederhana" kata itu selalu ada dalam benakku akhir-akhir ini.
Belakangan ini aku sering menonton drama-drama kehidupan yang bercerita tentang orang-orang yang berjuang dalam hidup dan untuk hidup yang ditayangkan oleh DAAI TV.
Orang-orang yang tadinya susah, hidup apa adanya dan akhirnya berhasil.
Tidak sedikit dari Kisah-kisah tersebut yang menginspirasiku.

Kupikir di titik manapun kehidupan seseorang selalu ada kebutuhan dan keinginan, entahkah si miskin, si kaya atau yang rata-rata.
Sebenarnya kebahagiaan bukan terletak pada apa yang kita miliki atau tidak, tetapi pada apakah kita puas dengan apa yang kita miliki ?

Di dalam hidup ini, banyak hal dapat terjadi, ada suka ada pula duka dan itu dapat melanda siapa saja, baik si miskin, si kaya atau yang rata-rata.
Tapi memang untuk orang yang miskin hidup menjadi semakin menyedihkan.
Aku pernah bertanya : "mengapa ada orang yang hidup sangat miskin ? tidak adilkah Tuhan sehingga dia menciptakan orang-orang yang demikian ?"
Namun ketika kutelusuri, aku menemukan bahwa rata-rata orang miskin tidak pernah punya perencanaan dalam hidup mereka, mengalir begitu saja, apalagi dalam masyarakat kita di Indonesia. Tidak jarang orang yang mengaku miskin tapi memiliki banyak anak atau seorang Bapak yang mengaku miskin tetapi punya istri lebih dari satu. Bukan itu saja, tidak sedikit dari mereka yang cukup berani membeli barang-barang dengan harga yang cukup mahal atau gaya makan yang berlebihan, semua itu sebenarnya adalah pemborosan apalagi budaya lebaran yang setahun sekali yang terkadang membuat banyak orang berhutang guna menutupi keinginan berlebaran yang mewah atau berlebihan padahal tidak punya uang.

Sementara di kalangan mereka yang rata-rata, biasanya para karyawan yang sudah mempunyai posisi yang cukup bagus, menikmati hidup menjadi gaya hidup mereka.
Banyak anak muda atau keluarga muda yang lebih mementingkan membeli mobil dari pada rumah, tidak sedikit dari mereka yang menggunakan kartu kredit untuk menutupi kekurangan dari kebutuhan hidup mereka akibat dari gaya hidup yang cenderung diatas rata-rata.
Bahkan ada yang berurusan dengan polisi disebabkan hutang yang tidak dapat dibayar.
Beberapa waktu yang lalu tetanggaku yang tinggal satu blok dibelakangku pindah pada pagi-pagi buta tanpa membawa banyak barang, belakangan diketahui bahwa mereka melarikan diri bukan pindahan karena terlibat hutang yang tidak sanggup dibayar, padahal pada waktu baru pindah mereka tampak sangat mentereng, rumah di hook yang tanahnya cukup besar direnovasi jadi bagus dan mewah, semua barang dan perabotan adalah barang-barang mewah, mobil baru, dan gaya hidup yang royal membuat semua orang berfikir mereka kaya.
Tapi ternyata semua hasil pinjaman belaka, itu sama seperti menyimpan bom waktu yang sedang aktif hingga akhirnya bom waktu itupun meledak.
Belum lagi cerita tentang teman sekantor suamiku yang terpaksa nginap 3 hari di kantor polisi karena menipu uang teman sendiri.
Semua itu terjadi karena ingin menikmati hidup, gaya hidup mewah tanpa susah, dan parahnya hal seperti itu ternyata tidak sedikit jumlahnya.

Kembali pada kata sederhana.
Suamiku adalah orang yang sangat sederhana, dia dapat hidup apa adanya.
Cerita ini cukup menarik buatku.
Aku sudah terdidik hemat dari sejak kecil, itu sebabnya aku tidak pernah pusing soal uang dari masa kecilku karena aku sudah terbiasa menabung dan tak pernah kehabisan uang.
Menurudku aku ini adalah orang yang sederhana, tetapi ketika aku bertemu dengan suamiku, maka arti kata sederhanakupun mulai berubah.

Ketika kami pacaran dulu buatku makan nasi bungkus dari warung padang seperti sederhana dan sekelasnya adalah hal yang sederhana tetapi makanan yang sederhana buat suamiku adalah nasi dengan tempe goreng ples kecap.
Ada banyak ukuran sederhana buatku yang sangat bertolak belakang dengannya dan ini membuatku menyadari bahwa sebetulnya orang dapat hidup apa adanya dan tidak perlu terlalu membebani diri sendiri dengan demikian hidup ini menjadi lebih ringan dan mudah.
Bukan berarti kita tidak boleh memiliki impian dan keinginan namun harus melihat kenyataan. Ketika kita bercita-cita lihatlah ke langit namun ketika kita berjalan lihatlah ke bumi.
Kita harus punya impian dan bekerja untuk mewujudkannya tapi kita jangan lupa pada kenyataan yang ada, begitu selalu suamiku berprinsip.
Hikmat dan pengetahuan selalu dibutuhkan untuk menata hidup menjadi lebih baik, tetapi perencanaan dan ketekunan untuk mewujudkannya adalah kunci.
Dengan cara ini pulalah kami hidup, dari tidak punya motor hingga punya mobil, dari tidak punya rumah hingga punya dua rumah, dari kami harus bekerja berdua hingga kini hanya dia yang bekerja sedangkan aku dapat mulai merintis usaha menjual Program Akuntansi dan bekerja dari rumah.

Bekerja adalah anugerah, itu sebabnya kita harus bekerja.
Tetapi dengan pola gaya hidup sederhana , suatu titik kita akan dapat menikmati hasil kerja kita dan kita akan maju selangkah demi selangkah dalam kepastian.
Selalu ada pengorbanan dalam kita hendak meraih sesuatu, namun bila hal itu dapat mewujudkan impianmu kenapa tidak ?
Setelah menikah pengorbanan yang cukup berat bagiku adalah penyesuaian gaya hidup. Namun ketika hal itu terus menerus dilakukan dengan kerelaan maka hal itu tidak menjadi berat lagi. Kita harus berusaha dan rela agar penyesuaian tidak menjadi beban, dengan demikian hal itu tidak akan menjadi pengorbanan lagi tapi gaya hidup yang baru, hemat bukan pelit.

Kesederhanaan adalah hemat bukan pelit.
Hemat adalah mengeluarkan uang dengan seperlunya, sedangkan pelit adalah tidak mau mengeluarkan uang walaupun perlu.
Suamiku dapat makan siang dengan hanya mengeluarkan uang Rp 5.000,- tetapi memberikan uang Rp 50.000,- dengan mudah untuk seseorang yang membutuhkan.

Kesederhanaan hidup menciptakan peluang untuk kita dapat memiliki banyak hal yang dulu tidak mampu kita miliki.
Kesederhanaan hidup menghindarkan kita dari tekanan-tekanan yang tidak perlu.
Kesederhanaan hidup membuat kita bekerja dengan lebih gembira dan mampu berkarya.