Jumat, 28 Maret 2008

"Lapor Polisi Saja Bu"

Hari ini aku merasa kesal sekali masalahnya begini :
Tgl 21 Maret yang lalu ATM ku tertelan mesin, lalu aku melapor ke BCA melalui hp, dari pihak BCA memberi keterangan bahwa kartu akan dihancurkan dan aku disuruh mengambil di BCA cabang terdekat dan bila sudah terdaftar maka kartu dapat dibuatkan yang baru, waktu untuk laporan sampai adalah 5 hari kerja dan pembuatan kartu baru tidak dikenakan biaya.

Senen tgl 24 aku ke kantor BCA, setelah mengantri lama [seperti biasa BCA selalu antri] maka aku mendapat keterangan bahwa data belum masuk karena harus menunggu 5 hari kerja, mereka menyarankan untuk lapor polisi utk kartu hilang saja agar prosesnya cepat selesai, dan kartu baru tetap dikenakan biaya 10 ribu.
Saat itu aku menolak untuk lapor polisi dan memilih menunggu 5 hari saja karena alasanku adalah, kartuku tidak hilang tapi ditelan mesin ATM BCA sendiri, itu bukan salahku, aku bukan salah pin. Asal menunggu selama 5 hari kerja saja buatku tidak masalah.

Jumat 28 Maret aku menelpon BCA menanyakan apakah kartu atm baruku sudah dapat kuambil ? Kkaryawan BCA yang menjawab telponku menyarankan "lapor polisi saja" karna menunggu data dari pusat itu bisa lama, lalu kutanya berapa lama ? karyawan tersebut bilang tidak pasti lebih baik "lapor polisi saja".
Aku mulai jengkel, masalahnya adalah keterangan 5 hari kerja aku dapatkan dari mereka, seandainya mereka dari awal bilang lebih lama atau extrimnya 1 bulan, aku pasti sudah memutuskan utk mengurusnya di hari senen yang lalu namun mereka tidak menyatakan demikian.

Merasa dipermainkan aku kembali menelpon ke BCA CARD CENTER dan mereka memeriksa dataku dan menyatakan kebenaran dari laporanku beberapa waktu yang lalu dan aku bertanya kenapa laporannya masih belum sampai ke kantor BCA ?
Pihak BCA mengatakan karna kartuku diblokir maka harus lapor polisi baru urus ke kantor cabang BCA kembali.
Jujur saat itu aku mulai kesal.
Mengapa keterangan yang jelas tidak diberikan sejak awal sehingga tidak merepotkan nasabah.
Inikah bank yang dikatakan terbaik dan profesional ???
Kartuku bukan hilang tetapi ditelan mesin mereka, kenapa aku yang harus repot-repot apalagi ditambah keterangan yang sama sekali tidak terang-terangan dari awal.

Karena melihat aku rada marah karyawan tersebut menyuruhku menunggu, kupikir dia akan mencoba membantu menyelesaikan masalahnya lalu kutunggu selama beberapa menit, setelah itu jawabannya tetap "lapor polisi saja bu" aku mulai marah dan bertanya lagi hal yang sama dan kembali aku di hold, sampai 3 kali dan cukup lama aku menunggu mengharapkan mereka memberi solusi namun setelah 3 kali menunggu lama di telepon akhirnya aku hanya diberi keterang seperti ini :
"Bu coba saja ke BCA Terdekat hari senen, bila datanya sudah ada ibu dapat mengambil kartunya bila tidak ibu lapor polisi saja"
Kali ini aku jadi kesal, agak berteriak kukatakan :
"Mbak, saya bukan anak kecil, saya disuruh coba-coba dan pada akhirnya saya tetap disuruh lapor polisi juga, masalahnya adalah kenapa tidak dijelaskan sejak awal bahwa KARNA KARTU ATM TERTELAN MESIN ATM KAMI maka harus lapor polisi dan bilang kartu atm hilang!"

Saya merasa dirugikan, kesalahan bukan pada saya, saya telah bersedia menunggu karena keterangan dari pihak BCA, tapi pada akhirnya saya disuruh lapor polisi.
Dengan sangat terpaksa langsung saat itu juga aku ke kantor polisi.

Sesampainya di kantor polisi kuajukan permohonan dan sang polisi meminta KTP dan kuberikan. Sang polisi tampak langsung mengetik di komputer, kupikir bagus juga pelayanannya.
Kutunggu dalam ruangan yang penuh asap rokok yang tidak kusukai.
Setelah menunggu kira-kira 15-20menit suratnya tak kunjung selesai lalu aku bertanya :
"Pak biayanya berapa?"
Terserahlah, tidak ada juga tidak apa-apa. Jawab sang polisi.
aku mulai mengerti bahwa bila tidak ada maka tidak akan jadi, maka kujawab
Ada Pak tapi tidak banyak.
Eh tidak sampai 5 menit langsung selesai.
Ya ampun..................... jadi dari tadi bukannya dikerjakan, aku dibiarkan
menghirup asap rokok yang membuat dadaku sesak hanya untuk kepastian ada uang jasa?
Nah.....................................yang seperti inilah yang membuatku enggan lapor polisi sejak awal, bukan karna masalah uang 10 ribu tapi cara yang tidak enak itu.
Tidak ada biaya, tapi bila benar-benar tak ada atau tak diutarakan tidak pernah akan selesai. Memang demikianlah yang sering terjadi, ini bukan rahasia lagi.

Walau akhirnya masalahku selesai juga, namun kemarahan yang sempat menyerang tidak kusukai. Akhirnya aku memutuskan untuk menarik dana dari BCA, taruh saja secukupnya.
Masalah ini membuatku lebih yakin lagi untuk tidak menyimpan rupiah dalam jumlah besar, alihkan saja pada real asset.
Pelajaran lainnya adalah kemarahan itu tidak sehat dapat mendatangkan penyakit, tapi di dunia ini banyak sekali hal yang dapat membuat kita marah, banyak sekali ketidak teraturan dan ketidak adilan, sebisa mungkin aku hendak menghindarinya.

Ketika duduk menunggu pembuatan kartu baru di BCA, aku memilih untuk tidak banyak bicara dan cepat menyelesaikan prosedur yang dibuat sepihak oleh mereka, menarik dana sebanyak yang dapat kuambil dan pulang melupakan semua kejadian menjengkelkan itu.

Selasa, 18 Maret 2008

Kepolosan Anakku

Kemaren anakku pulang sekolah dengan membawa hasil ulangan tengah semester.
Segera kuperiksa untuk mengetahui apakah ada remidi atau tidak, ternyata hasilnya 100, 97, 95, 92, 90, 87, 84. Aku bersorak gembira dan segera memanggil anakku untuk memeluk dan memujinya. Pelajaran bahasa inggris yang sempat aku khawatirkan mendapat nilai 95.
Jujur, sebelumnya aku tidak mengira, aku berharap asal tidak remedi aja udah bersyukur mengingat umurnya baru lima setengah tahun sudah duduk di kelas satu karena sempat lompat kelas atas anjuran sekolah, walaupun aku selalu memberi dia semangat dan mengajarnya dengan ketat supaya mendapatkan nilai terbaik, tetapi sebetulnya aku tidak berharap banyak.
Aku jadi mengenang kejadian beberapa waktu yang lalu ketika aku memarahinya karena dia bermain terus dan tidak mau belajar tanpa kutemani, disaat itu aku sedang sibuk bekerja dengan komputerku dan meminta dia mengerjakan soal yang sudah kubuat eh dia malah bermain dan membuat kotor lantai lalu aku marah padanya sampai dia menangis.
Dalam tangisnya dia hendak memelukku [anakku memang memiliki kebiasaan ini, bila kumarahi selalu menangis minta dipeluk] tapi kali itu aku tidak mau memeluknya karna sedikit jengkel. Dia menangis dan terus menangis akhirnya aku kasihan dan kupeluk juga lalu kuajak bicara baik-baik dan bertanya : "Kamu tahu tidak kenapa mami sampai marah sekali padamu?" Masih dalam isak tangisnya dia menjawab "Tidak tahu........"
Kali ini aku yang tersentak kaget, alamak dari tadi aku marah dan mengeluarkan banyak kata nasehat untuknya ini dan itu eh ternyata dia tidak tahu kenapa aku marah !?!?!?
Lalu kutanya baik-baik : "Lalu kenapa kamu menangis?" tadinya aku pikir dia menyesali perbuatannya tapi dia menjawab : " karna saya mau dipeluk mami"
Kembali aku tersentak seperti tersadar..............jadi rupanya selama ini aku telah salah metode? Biasanya aku selalu marah dan menasehatinya panjang lebar bila dia berbuat yang menurudku nakal tapi sekarang kuketahui bahwa dia tidak mengerti, dia menangis dan sering kali minta maaf hanya supaya aku tidak marah lagi dan dia mendapat pelukan.
Hari itu aku belajar cara menangani anakku dengan lebih baik lagi, inilah manfaat yang kurasakan ketika ibu di rumah, aku jadi lebih mengenal anakku sendiri, mengenali dia secara seutuhnya, beberapa kali kudapati kwalitas yang baik dalam diri anakku bahkan ketika aku melihat seperti kenakalan. Contohnya ketika dia menulisi pagar dengan kata-kata larangan menendang dan menggelantung . Hal ini disebabkan karena dia melihat temannya melakukan hal tersebut di pagar rumah kami.
Memiliki kwalitas waktu bersama anak ternyata sangat mempengaruhi perkembangannya. Aku melihat hal ini sejak aku tidak bekerja dan selalu di rumah. Nilai pelajarannyapun meningkat dari waktu ke waktu padahal dia tidak les ini dan itu.
Menyadari hal itu aku sangat mensyukurinya dan berharap dapat terus begini yang berarti tidak harus bekerja di luar rumah lagi. Memang, bila memikirkan kebutuhan hidup dan keinginan, rasanya bekerja dan mendapat penghasilan tambahan akan jauh lebih nyaman, namun mengingat pentingnya investasi yang satu ini aku mengurungkan niatku, walaupun untuk hal itu harus ada harga yang harus kubayar, penyesuaian gaya hidup. Tidak ada lagi makan mewah di restoran, tidak ada lagi makan-makan di mall yang dulu sering kulakukan karna tidak suka masak, tidak ada lagi baju baru tiap suka, dan hal-hal lainnya.
Apakah aku menderita ? ah........... ternyata ini lebih menyenangkan, yang menjadi persoalan hanyalah perasaan mengabaikan potensi yang ada dalam diriku dan keinginan untuk mengembangkan potensi dan menciptakan ladang pekerjaan.
Walau harapan itu masih tertunda tetapi dalam setiap kesempatan aku selalu memikirkan cara untuk mewujudkannya, bisnis penjualan program akuntansi yang kulakukan secara on line sempat menjadi penghibur dan penyaluran, walau masih baru tetapi ini sudah mulai jalan, order sudah mulai berdatangkan walau belum terlalu banyak tetapi mungkin karna aku belum dapat full konsentrasi untuk mengembangkannya, namun perlahan tapi pasti aku tetap memikirkan dan mengerjakan di setiap waktu luang yang ada.
Saat ini, anak adalah prioritas utamaku, mengingat usianya yang masih membutuhkan banyak perhatian. Aku ingin menanamkan nilai-nilai yang kuyakini baik tertanam kuat dalam dirinya seperti belajar itu penting dan harus dilakukan seumur hidup, agama dan nilai-nilai yang benar serta karakter yang baik juga harus jadi prioritas.
Suatu hari anakku berkata begini : " mam, saya ingin memetik bunga yang berwarna merah untuk mami" Rupanya dia mendengar pembicaraanku dengan suami mengenai tanaman yang kuinginkan dirumah yaitu tanaman yang tidak hijau semata tetapi berwarna-warni terutama bila ada bunga atau tanaman yang berwarna merah.
Dengan senyum aku berkata : "Mamie akan lebih bahagia bila kamu menghadiahkan nilai-nilai yang baik untuk mami, nilai yang tidak ada 70 nya, walaupun untuk itu kamu harus lebih giat belajar dan teliti juga sungguh-sungguh mengerjakan soal ulangan, dan itu adalah hadiah yang paling membahagiakan mamie".

Hari ini anakku telah memberikannya, walau esok akan ada penilaian lagi, yang berarti dia harus belajar dan tak pernah berhenti namun hari ini dia telah memberikan apa yang mamie inginkan dan esok mamie yang harus membantunya mencapai harapan mamie.........nilai yang baik.
Ada pepatah yang mengatakan : anak kecil seperti selembar kertas putih, apapun yang kamu tulis diatasnya itulah yang akan terlihat.
Anak membaca dari apa yang dia lihat dan dengar, bila dia keliru artinya modelnya yang salah.
Kepolosan anakku telah mengajarkanku seseatu yang berharga.

Rabu, 12 Maret 2008

Harapan Yang Tak Pernah Sirna

Ini adalah kisah hidup seorang yang memiliki harapan yang tak pernah sirna.

Terlahir sebagai anak bungsu dari 11 bersaudara, di sebuah kota kecil.
Ia tumbuh dalam lingkungan keluarga yang selalu sibuk bekerja.
Ayahnya memiliki sebuah toko yang menjual kebutuhan sehari-hari.
Di kota kecil tersebut toserba ayahnya termasuk cukup besar dan ramai.
Semua kakak lelakinya membantu ayahnya di toko mereka.
Sedangkan semua anak perempuan memiliki usaha sendiri.
Di kota kecil tersebut keluarga mereka adalah pionir dibidang Salon Kecantikan, Binatu dan Toko Kue. Toko merekalah yang mempelopori pembuatan kue ulang tahun.
Pendek kata usaha merupakan hidup mereka. Semua tugas telah terbagi dengan baik.
Anak perempuan tertua menangani facial dan pembuat pola baju, anak kedua membuat kue dan menjahit baju, anak ketiga dan seterusnya bertugas di salon untuk memotong rambut, keriting, juga membantu menjahit dan membuat kue, selain itu pekerjaan rumah tangga juga dibagi pada setiap anak perempuan, mulai dari memasak, mencuci, membersihkan rumah dan lain sebagainya. Dimalam hari ibu mereka masih sempat merajut.
Bila toko sedang ramai sekali biasanya diawal bulan apalagi ketika lebaran menjelang, semua anak dikerahkan membantu termasuk anak perempuan, jadi kehidupan keluarga ini adalah sibuk dari pagi hingga malam hari, mulai dari ayah, ibu, anak lelaki dan perempuan, dari yang tertua hingga yang paling kecil.
Bekerja dan mencari uang merupakan prioritas hidup mereka, bukan sekolah.
Yang dipentingkan orang tua bagi anaknya adalah ketrampilan bukan ilmu pengetahuan.
Dapat dibayangkan, hidup dalam lingkungan keluarga seperti itu membentuk sesuatu dalam dirinya. Sejak umur 7 tahun ia sudah pandai berdagang.
Setiap hari ia membawa permen, mainan atau apa saja ke sekolah untuk dijual pada teman-temannya dan menyimpan uangnya di celengan.
Itu sebabnya sejak kecil ia tidak pernah kekurangan uang.
Bagaimana tidak, barang dagangan ia peroleh dari toko keluarganya tanpa membeli, lalu hasil penjualan menjadi miliknya, selain itu setiap hari ia dapat uang jajan. Jadi tidak heran bila ia punya banyak uang. Bagusnya ia tidak pernah berfoya-foya, semua uangnya ia tabung di celengan ayam [celengan dari tanah liat yang berbentuk ayam].
Untuk keperluan sekolahnya semua sudah tersedia di toko mereka, belum lagi setiap tahun ia merayakan ulang tahun dan mendapatkan banyak hadiah.
Namun herannya semua hadiahnya dapat tersimpan dengan rapi, ia tidak memboroskan apapun miliknya, jadi dia selalu memiliki segala sesuatu yang lebih dari cukup, mulai dari alat sekolah, mainan, stiker maupun kaset lagu anak-anak dan drama, belum lagi makanan kecil seperti permen, coklat, biskuit dan sebagainya. Pendek kata masa kecilnya cukup makmur.

Ketika beranjak remaja, semua saudaranya mulai menikah dan usaha papanya mulai menurun, namun dia masih berkecukupan, walau kala itu keluarga mereka tidak kaya.
Setelah lulus SMA sesuatu mulai terjadi dalam hidupnya, ayahnya bangkrut ditipu oleh menantu sendiri, ibunya sakit dan tidak dapat bekerja berat lagi, semua kakaknya telah menikah dan memiliki keluarga dan tanggung jawab sendiri, dan tinggallah dia yang harus berjuang untuk menghidupi diri sendiri.
Keberuntungan tampak tidak meninggalkan dirinya, sebelum ijasah SMAnya diterima, ia mendapat pekerjaan di toko sahabatnya walaupun keinginannya untuk kuliah harus kandas ditengah jalan tapi ia masih tetap berharap.
Setelah ijasah SMA diterimanya, dia melamar pekerjaan di bank swasta dan diterima.

Selama 3 bulan dia harus pindah kota untuk tranning, setelah kembali dia bekerja sebagai karyawan bank dan bercita-cita menjadi seorang bankir, selain itu dia membuka usaha rumah makan dirumah.
Usaha ini dilakukannya dimalam hari setelah pulang kerja, ibunya yang membantu dirumah. Walau tidak berkelimpahan tetapi kehidupan mereka lebih dari cukup.
Ibunya yang mengetahui keinginan kuat dari anaknya untuk kuliah menyarankan dia untuk kuliah malam, namun karena dia mengasihi ibunya dan tidak tega meninggalkannya sendirian menjalankan usaha rumah makan, dia mengurungkan niatnya.
Setelah 2 tahun bekerja di bank swasta dia mendapat tawaran untuk bekerja sebagai pimpinan cabang pada sebuah perusahaan milik saudaranya, dengan mempertimbangkan kondisi mamanya dan kemungkinan adanya kesempatan untuk kuliah lagi dia memutuskan untuk menerima tawaran tersebut dan membuang keinginannya untuk menjadi bankir.

Dua tahun dia bekerja mengelola perusahaan itu, pekerjaan yang dia tangani tidaklah mudah, semua orang yang mengerti bidang pekerjaannya itu berdecak kagum kepadanya, karena kemampuannya menjalankan usaha tersebut dengan baik dan menghasilkan keuntungan bagi pemilik, tetapi dia sendiri mengalami kesedihan.
Cita-citnya untuk kuliah ternyata gagal. Hal ini disebabkan karena pekerjaan yang harus dikerjakannya telah menguras waktu, tenaga dan pikirannya, adakalanya dia harus bekerja sampai tengah malam atau bahkan subuh padahal gaji yang diterimanya tidaklah terlalu besar, tingkat stressnyapun tinggi. Apa yang membuat dia bertahan? Ibunya.

Setelah ibunya meninggal karna sakit, dia tidak ingin lagi melanjutkan pekerjaannya dan akhirnya dia pindah ke Jakarta, kota yang tidak ia sukai karna kemacetan dan hiruk pikuknya, namun karna tidak ada pilihan lain ia pun pindah.
Di Jakarta ia sempat bekerja di bank swasta, namun kondisi perjalanan di Jakarta dirasakan berat olehnya, akhirnya diapun terpaksa pindah kerja, lagi-lagi keinginan menjadi bankir tidak terlaksana. Mulailah dia bekerja pada sebuah perusahaan kecil sebagai sekretaris owner.
Selama 2 tahun dia bekerja disana, sang owner sangat menyenangi pekerjaannya sehingga dia diberi kesempatan untuk kuliah, namun karena biaya, dia hanya dapat mengambil kuliah kilat saja, karena segala biaya hidup harus dia tanganinya sendiri .

Suatu hari terjadi masalah di tempat kerjanya, sang owner mendapat patner kerja yang baru, tampaknya orang tersebut kurang bermaksud baik, dia mencium hal tersebut dan akhirnya berusaha disingkirkan, singkat cerita diapun mundur dari perusahaan tersebut, dan kebetulan mendapat tawaran bekerja pada sebuah perusahaan yang baru mulai dirintis.
Dia diminta merintisnya dari nol. Buat dia yang menyukai tantangan, hal itu adalah kesempatan.

Iapun bekerja pada perusahaan itu sebagai seorang pionir, karena pada saat itu tidak akan ada orang yang mau bekerja pada perusahaan yang seperti itu.
Di tangannya perusahaan itu sempat maju dan berkembang, namun hal itu tidak berlangsung lama karena sang owner mulai ikut mengelola dan mengadakan banyak expansi yang akhirnya malah menimbulkan kerugian.
Keinginan sang owner untuk cepat sukses telah membawa perusahaan kepada kesulitan cash flow, dan beban biaya operational yang berat, ditambah lagi ada perusahaan di dalam tubuh perusahaan tersebut.
Awalnya dia tidak mengerti tetapi setelah kerugian mulai terjadi dia pun melihat masalahnya tetapi dia tidak dapat berbuat apa-apa.
Di perusahaan ini dia mengalami banyak hal yang membuat pandangannya berubah.
Sejak awal ia bekerja, dia bekerja dengan sungguh-sungguh.
Pemilik perusahaan menyadarinya dan selalu berjanji dan memberi dia harapan sehingga dia berpikir bahwa dia dapat menggantungkan masa depannya pada perusahaan itu, dia merasa pemilik perusahaan itu adalah seorang pemimpin yang sangat baik, seperti malaikat bahkan Tuhan, dia sangat menghormatinya, mengasihinya sebagai seorang kakak dan mempercayainya sepenuh hati bahkan lebih dari siapapun, itu sebabnya dia tidak segan-segan untuk bekerja sangat keras, sangat jujur, sampai mengabaikan kesehatan dan kantong sendiri.
Bagi perusahaan kecil yang baru dirintis pengorbanan memang sangat dibutuhkan, namun dia selalu memiliki harapan bahwa suatu saat dia akan menikmati hasil kerjanya, itu pulalah janji yang sering diterimanya dari sang owner.

"Harapan adalah harapan, kita harus realistis dalam hidup ini, jangan mementingkan yang lain dan mengabaikan lainnya, semuanya harus seimbang".
Kalimat itu muncul setelah banyak hal terjadi dalam pekerjaannya yang membuat dia belajar.
Dulu demi mementingkan perusahaan dia mengabaikan hal lainnya, bagi dia bekerja haruslah sungguh-sungguh, jujur, keras, mengabdi dan bila perlu berkorban, sedangkan hak tidak perlu dipikirkan, percaya saja bahwa pimpinan sangat peduli dan tidak akan mengabaikan karyawan, begitu yang ia terima dan begitu yang ia percaya dan ingin dia terapkan pada semua orang yang lain. Hal inilah yang mendatangkan konflik karena ternyata tidak semua karyawan seperti dia dan hal ini menimbulkan salah paham yang menyeret dia kepada kepedihan yang dalam.
Kekecewaan demi kekecewaan akhirnya dia terima.

Janji mendapat bagian saham kosong menjadi harus membeli saham, pemotongan pendapatan berkali-kali terjadi, prinsip kerjanya yang benar dan tegas terhadap bawahan yang dibenarkan oleh sang owner membuat dia dijauhi oleh semua orang.
Gosip-gosip yang memojokkannya telah membuat dia diragukan, semua hal buruk itu harus ditelannya sendiri, tidak ada seorangpun yang dapat ia ajak bicara tetapi ia masih punya harapan yang kuat karena merasa sang owner masih dipihaknya. Meskipun ada kekecewaan yang diterimanya dari sang owner namun dia tetap bersikap positif karena masih tetap berharap.

"Disinilah titik pendewasaanku terjadi, terlalu banyak air mata terkuras ditahun-tahun itu namun tak ada yang tahu. Kesendirian, ketidak-adilan, kekecewaan, telah membuat dia ingin segera melarikan diri jauh-jauh. Beberapa kali dia hendak mengundurkan diri namun lagi-lagi tidak terjadi karena sang owner masih menahan dan memberi keringanan dan ............. dia masih tetap memupuk harapan.

Bukan merupakan rahasia lagi, rata-rata karyawan tidak terlalu mementingkan perusahaan tetapi mereka bekerja karna dibayar dan tidak sedikit karyawan yang menggunakan fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi, ini dapat terjadi dimana-mana. Sebaliknya para pemimpin perusahaanpun sama, mereka membebankan biaya-biaya yang tidak seharusnya dibebankan pada institusi mereka sehingga mengurangi laba dan pembagian bonus karyawan itupun lumrah terjadi juga.
Namun bagi dia hal yang disebut diatas merupakan sesuatu yang menimbulkan konflik.
Di satu sisi dia merasa kebenaran yang dia pegang harus dipertahankan namun disisi lain dia melihat adanya ketidak-benaran terjadi disekitarnya.
Bersikap terlalu benar telah membuat dia terjebak dalam konflik yang berkepanjangan dan rasa sakit yang dalam, ketidak berdayaan terasa menyiksanya dalam situasi itu.
Berkali-kali dia ingin keluar namun kebutuhan hidup membuat dia takut berjalan keluar, lambat laun, perlahan namun pasti, motivasinyapun memudar, bekerja bukan lagi merupakan tantangan tetapi telah berubah menjadi tekanan dan penderitaan.

Saat ini dia telah bebas dari semua konflik itu karna dengan cara yang diluar dugaan akhirnya dia keluar dari semua itu. Ketidak berdayaan dan kelemahan yang dia rasakan dipotong oleh tangan yang tak terlihat namun terasa, dan mengeluarkan dia dari semua situasi itu.
Walaupun awalnya dia merasakan kepedihan dan ketidak nyamanan, namun akhirnya dia menyadari ini adalah keajaiban!
Ketakutannya untuk keluar dari tempat yang dia rasakan sebagai masa depannya menjadi tidak berarti ketika dia sudah berada diluar.

Masih banyak hal yang ia alami yang tidak dapat dituliskan satu persatu, namun ada satu hal yang ia miliki : Dia tidak kehilangan harapan.
Harapan untuk melihat sebuah perusahaan yang kuat namun bersih, harapan untuk meraih masa depan kembali, harapan untuk melihat sosok pimpinan yang patut diteladani.

Ada yang mengajarkan : bila anda bertemu pimpinan yang pelit, medit dan tidak berbelas kasih itu artinya kamu juga sama, itu terjadi supaya anda bisa ngaca.
"Saya tidak sependapat dengan hal itu, menurud saya, seorang pimpinan harus memberi contoh dan teladan kepada bawahan terutama yang masih hijau agar mereka dapat melihat dan mengikuti pola yang benar. "

"Harapan itu tidak pernah sirna dan melemah, bila saat ini aku tidak memperolehnya, suatu saat nanti anakku mungkin akan menerimanya, itu lah yang disebut harapan."
Demikian tuturnya menutup cerita.

Senin, 10 Maret 2008

Seputar Mengurus Keuangan dan Rumah Tangga

Kemaren ada seorang ibu yang bertanya:

"Idealnya berapa sih kita harus menabung setiap bulannya ? kok rasanya saya tidak dapat menabung sekarang ini, biaya pendidikan anak terlalu mahal, belum lagi ada ini dan itu, mana harga-harga pada naik, rasanya sulit untuk dapat menabung, jangan kurang aja udah syukur, apalagi saya kan seorang ibu rumah tangga alias tidak bekerja".

Mungkin pertanyaan atau pernyataan yang serupa sering dimiliki oleh ibu-ibu rumah tangga yang tidak bekerja atau malah yang sedang bekerja karena akhir-akhir ini keluhan yang sama tidak sedikit mengalir dari mulut para ibu rumah tangga yang sehari-harinya hanya dirumah, sedangkan penghasilan sang suami tidak bertambah. Bahkan disebabkan kekhawatiran akan kekurangan menyebabkan tidak sedikit ibu-ibu yang takut untuk berhenti bekerja padahal jika mau jujur batin mereka bergejolak.

Bila saya mengamati kehidupan banyak keluarga, saya mendapati bahwa ada keluarga yang dapat hidup dengan pendapatan Rp 300.000,- sebulan, ada yang Rp 3.000.000,- ada yang Rp 30.000.000,- ada yang dibawah atau bahkan diatas angka-angka tersebut.
Sangat bervariasi, walaupun pendapatan mereka menentukan gaya hidup mereka, ada yang kita sebut sangat miskin, ada yang miskin, pas-pasan, kaya dan lain sebagainya.

Saya memiliki kesimpulan sendiri atas hal ini, sesuai dengan gaya hidup yang berbeda dari setiap orang maka saya membuat tingkatan yang membuat kita dapat menggolongkan di tingkat mana posisi keuangan kita berada, ini tidak ditentukan oleh besarnya pendapatan seseorang tetapi oleh bagaimana seseorang mengelola pendapatannya tersebut.
Perhatikan Penjabaran berikut :

- Sangat Miskin = Tidak ada Pendapatan.

- Miskin = Pendapatan lebih kecil dari Pengeluaran.

- Pas-pasan = Pendapatan sama besar dengan Pengeluaran.

- Cukup = Kelebihan Pendapatan dibawah 30%.

- Sederhana = Kelebihan Pendapatan diatas 30%,<>

- Menengah = Kelebihan Pendapatan sama dengan 50%.

- Kaya = Kelebihan Pendapatan diatas 50%.

- Sangat Kaya = Kelebihan Pendapatan melebihi posisi kaya.


Dengan melihat penjabaran diatas maka dapat disimpulkan
andalah yang dapat menentukan posisi keuangan anda.
Gaya hidup setiap orang sangat berbeda, definisi sederhana bagi seseorang yang memiliki penghasilan 30 juta perbulan tentu saja berbeda dengan yang memiliki penghasilan 3 juta perbulan, namun bila dengan pendapatan dan gaya hidup yang biasa dijalani seseorang masih dapat menabung seperti gambaran diatas maka itulah posisi keuangan yang mereka miliki, mulai dari sangat miskin sampai sangat kaya.
Seseorang yang memiliki penghasilan 30 juta perbulan dapat saja digolongkan dalam posisi miskin apabila pendapatan mereka tersebut selalu kurang untuk mencukupi gaya hidup mereka, dan sebaliknya seseorang yang memiliki pendapatan 3 juta dapat saja memiliki posisi kaya.

Definisi kaya dapat juga berbeda bagi setiap orang namun bagi saya definisi kaya adalah anda tetap dapat menjalani gaya hidup yang selama ini anda jalani tanpa khawatir akan kekurangan, anda tetap dapat melakukan apapun yang anda ingin lakukan tanpa anda terikat oleh apapun tatapi pendapatan anda terus mengalir, dengan kata lain anda dapat sedang rekreasi di Bali tetapi uang terus masuk ke rekening anda dan posisi keuangan anda tetap berada dalam kategori kaya atau sangat kaya [penjabaran diatas].
Apakah hal itu mungkin terjadi ???
Bila saya membaca tulisan orang-orang kaya, rata-rata mereka seperti itu dan bila saya pelajari mengapa hal itu dapat terjadi maka ternyata yang mereka lakukan sederhana :
Mereka mengalokasikan pendapatan mereka untuk investasi dan tabungan sebanding dengan jumlah pengeluaran yang mereka pakai, tentu saja jumlah penghasilan juga mempengaruhi, namun dalam skala yang kecil kita dapat mulai melakukan hal itu.
Seperti pepatah yang mengatakan diatas langit ada langit, tetapi saya katakan bila udah disebut langit berarti sudah tinggi artinya kita dapat menjadi kaya dalam skala kita masing-masing.
Kita dapat memulainya dari sekarang, semakin cepat seseorang menata kehidupan keuangannya semakin cepat posisi keuangannya meningkat. Memang diperlukan kemauan dan disiplin dalam hal ini tetapi bila kita tidak melangkah maka tidak ada kemajuan.
Saya sendiri pernah mengalami masa-masa dimana terpaksa harus melakukan perubahan gaya hidup, namun saya menyebutnya sebagai mundur selangkah untuk maju beberapa langkah.
Selalu ada hal baik yang dapat kita pelajari dari kondisi hidup yang tidak enak, demikian juga dalam hal keuangan, tidak enak memang karena adakalanya kita yang biasanya boros harus ngirit terutama bagi ibu-ibu yang biasanya bekerja dan harus berhenti demi mengurus anak dan rumah tangga, tetapi saya percaya pengorbanan seorang ibu demi anaknya itupun investasi.

Saya ingin mengakhiri cerita saya dengan menceritakan sebuah kisah yang diceritakkan oleh sorang teman mengenai anak-anak dengan ibu di rumah dan ibu yang bekerja.
Anak-anak yang ibu nya selalu dirumah maksudnya yang selalu memprioritaskan anaknya biasanya cemilan mereka adalah buah, juice, atau makanan sehat lainnya sedangkan ibu-ibu yang tidak memperhatikan anaknya [biasanya ibu yang bekerja dan menyerahkan anaknya 100% pada suster atau pembantu] cemilannya adalah chiki, taro, permen atau sejenisnya.

Dari kisah diatas maka saya mendorang untuk ibu-ibu, jangan takut untuk bersama anak anda dirumah, ikuti perkembangan mereka dari awal, itulah yang terbaik, pengalaman saya yang tidak ada bersama anak sejak awal membuat saya menyadari bahwa adalah sangat berharga bila seorang ibu dapat bersama anaknya sejak mereka lahir, dan berbekal pengetahuan mengelola keuangan yakinlah anda tidak akan berkekurangan.

Sabtu, 08 Maret 2008

Hasil Presentasi

Sabtu lalu saya mempunyai kesempatan mempresentasikan penggunaan program untuk mempermudah pembuatan Laporan Keuangan secara pribadi sehingga setiap orang seperti memiliki perusahaan sendiri, yang harus mereka kelola dengan baik.
Hasilnya, dari semua peserta yang hadir ternyata tertarik untuk memiliki program tersebut.

Kegembiraan yang saya miliki adalah karena mulai ada orang-orang yang menyadari akan pentingnya membuat Laporan Keuangan dan tentu saja hal ini akan menghindarkan mereka dari kanker Keuangan dan jika mereka setia dan disiplin mereka sedang berjalan ke arah kaya karena
Kunci Menjadi Kaya adalah Mampu Mengelola Pendapatan melalui Investasi dan Menata Pengeluaran.

Bila ada kesempatan lain saya akan membagikan apa yang telah saya pelajari dengan lebih baik lagi dan belajar lebih baik lagi untuk membagikan kepada lebih banyak orang.
Ini adalah Harapan.