Selasa, 09 Desember 2008

Kestabilan Emosi

Ada yang mengatakan, Pria biasanya lebih rasional sedangkan wanita cenderung emosional. Ada pula yang mengatakan, seseorang yang berpendidikan tinggi, baik pria maupun wanita cenderung lebih rasional daripada orang yang tidak berpendidikan.
Rasanya pernyataan diatas ada benarnya, namun menurudku lingkungan seseorang sangat menentukan apakah seseorang akan menjadi lebih rasional atau emosional.
Lepas dari jenis kelamin, tingkat pendidikan, status sosial dan lainnya, lingkungan dimana seseorang berada atau terlahir akan sangat berpengaruh pada keberadaan orang tersebut, meskipun respon dari orang tersebut juga sangat menentukan, namun sedikit banyak lingkungannya akan memberi pengaruh.
Itu sebabnya menurudku penting sekali bagi seseorang untuk menciptakan lingkungan yang baik dan biasanya yang harus bertanggung jawab adalah seorang pemimpin.
Dalam sebuah keluarga, sebuah perusahaan, sebuah organisasi atau apapun itu. Pertama-tama pemimpinlah yang harus menciptakannya maka semua anggota dari jajaran yang paling atas sampai yang paling bawah akan mengikutinya.
"Ikan busuk mulai dari kepalanya"
Istilah ini kedengaran biasa tapi itulah kenyataannya bahwa seekor ikan akan busuk dimulai dari kepalanya, yang berarti pemimpinlah yang menentukan apakah tubuhnya [anggotanya] akan sehat atau membusuk.
Bila seorang suami atau kepala keluarga gampang emosional maka cepat atau lambat akan mempengaruhi istrinya meskipun pada awalnya sang istri adalah orang yang paling lembut dan sabar didunia dan kemudian akan berpengaruh pada anak-anak mereka dst.
Seorang pemimpin yang memiliki kontrol emosi yang sangat baik akan berdampak pada bawahannya bahkan yang paling emosional sekalipun. Disinilah bawahan akan melihat dan belajar untuk mengikuti teladannya.
Memiliki emosi yang stabil dapat dilatih. Seseorang dapat terlihat sangat stabil dalam penampilan luarnya namun tidak pada kenyataannya. Hanya orang-orang terdekat dan orang-orang yang tidak dianggap lah yang akan mengetahui dan melihat hal itu dengan sangat jelas. Seorang aktor yang baik dapat berperang sebagai orang yang paling sabar atau paling jahat didunia. Ini hanya masalah latihan dan penjiwaan.
Seseorang yang sangat sadar akan citra diri atau posisinya [istilahnya jaim] akan mengontrol dirinya dengan baik sehingga akan tampak seperti memiliki emosi yang stabil.
Untuk mengetahui keaslian emosi seseorang, akan tampak ketika orang tersebut mengalami ketidaknyamanan yang mengusik ego dirinya dan tekanan yang menekan mental dan fisiknya. Hanya orang-orang yang mengosongkan diri dan memiliki tujuan yang jelas yang mampu memilikinya.
Yang kusadari adalah, kestabilan emosi tidak akan ada jika kita menghindari konflik. Reaksi awal yang buruk tidak membuktikan bahwa seseorang tidak memiliki kestabilan emosi. Untuk menjadi stabil seseorang perlu mengalami gejolak sehingga dia dapat merasakan apa arti gejolak dan ketika dia dapat tenang dalam gejolak itulah saatnya dia disebut stabil. Untuk mencapai titik stabil seseorang perlu menghadapi berbagai konflik dan gejolak atau situasi yang tidak enak. Bukan ketika semuanya tenang seseorang disebut stabil namun ketika semuanya bergejolak dan berantakan tapi seseorang dapat tetap tenang tanpa reaksi buruk di dalam hatinya, itulah kestabilan.
Pada dasarnya emosi yang buruk, tidak stabil, tidak baik buat kehidupan seseorang, dan bila ditanya tidak akan ada satu orangpun yang menghendaki memiliki emosi yang buruk, namun seringkali situasi, kondisi dan orang-orang lah yang menciptakannya. Itu sebabnya reaksi awal dari seseorang tidak dapat menstempel diri orang tersebut, hasil akhirlah yang seharusnya menentukan.
Tidak jarang dari kisah dan kasus yang pernah kulihat adanya peranan seseorang terutama pemimpin dalam mencetak ulang seseorang yang awalnya buruk menjadi baik. Bahan utama dari kesemua kisah tersebut adalah kasih yang tulus yang diungkapkan, perhatian, kesabaran, teladan yang diperlihatkan, pengorbanan dan kontak langsung.
Adalah sulit bagi bawahan untuk menggapai atasan namun masalah mudah bagi atasan untuk menggapai bawahan.
" Jadilah seseorang yang memposisikan diri sebagai pemimpin sehingga anda dapat menemukan banyak orang yang sebenarnya butuh ditolong dan jadilah pemimpin yang mudah digapai, sehingga kasih anda mudah terasa dan perhatian serta pengorbanan anda bukan isapan jempol belaka".

Tidak ada komentar: