Selasa, 05 Agustus 2008

Cerita Ibu-Ibu

Beberapa waktu ini aku mendengar kisah teman-teman sesama ibu rumah tangga, walau rata-rata dari mereka masih bekerja di luar rumah namun tetaplah bergelar IRT dan saat berkumpul kelompok yang pasti semua adalah wanita ini sangat seru menceritakan pengalaman masing-masing sebagai IRT.
Dari kisah-kisah ini dapat aku simpulkan bahwa sesungguhnya seorang IRT punya peran yang sangat besar dalam keluarga, bahkan IRT dapat menentukan arah kehidupan keluarga, sebuah keluarga akan bahagia atau tidak juga dapat bergantung pada peran seorang IRT.
Ada seorang Ibu yang bangkit sebagai penunjang keuangan keluarga ketika sang kepala keluarga terpuruk dan larut dalam kegagalan yang dihadapinya, ada seorang ibu yang pantang menyerah dalam menopang kehidupan keluarga agar status sosialnya berada diatas rata-rata, ada seorang IRT murni yang setia melayani anak dan suaminya melalui berbagai dilema hidup, ada juga seorang ibu yang masih terus bermasalah dengan pasangan hidupnya walau telah puluhan tahun menikah. Semua kisah diatas terasa sudah jauh dari cerita-cerita roman picisan yang mengungkapkan betapa indahnya cinta dan pernikahan yang mengatas namakan cinta.
Dalam kehidupan nyata sebuah keluarga, apa saja dapat terjadi, namun memang benar ketika ada kasih, kesetiaan, komitmen dan Tuhan maka semua masalah ada solusinya.

Aku jadi mengingat kisahku sendiri, menikah hanya berdasarkan tuntunan hati nurani walau saat itu banyak sekali perbedaan dan tantangan yang harus dihadapi tapi semua berhasil kulalui hanya karena keyakinan yang begitu kuat dalam hati.
Terlahir sebagai bungsu dari 9 bersaudara dan memutuskan menikah disaat ortu sudah tiada bukanlah hal yang menyenangkan untuk dibahas, ada 16 saudara termasuk pasangan masing-masing yang merasa sayang pada adik mereka namun tidak mengerti apa-apa, yang memberi ide, pandangan, dan perhatian yang sebenarnya malah menimbulkan tekanan.
Pasalnya sederhana, aku akan menikah dengan seseorang yang dianggap belum punya apa-apa padahal aku adalah anak manja yang biasanya serba ada.
Alasanku sederhana, kami seiman dan ini pilihan Tuhan, yang lain nomor sekian.
Kelihatannya sedikit nekat, tapi bukan, aku hanya berani karena melangkah berdasarkan tuntunan hati nurani. Ini tidak sama dengan cerita cinta buta yang ada dalam sinetron.
Pada kenyataannya, ada banyak penyesuaian dan pengalaman tak enak yang harus dilalui, dua kepribadian yang berbeda dengan latar belakang dan suku yang berbeda bukanlah hal yang mudah untuk dipersatukan, ada banyak reak dan gejolak, namun kekuatan kasih dari sang pencipta dan komitmen sehidup semati yang kami ambil, telah membuahkan hasil yang manis.
Saat ini tidak seorangpun dari saudara yang menyayangi adik bungsu mereka yang menilai salah dengan keputusanku. Mereka semua dapat melihat contoh keluarga sederhana yang bahagia, tidak ada kendala yang berarti, semua berjalan baik, perlahan tapi pasti kami menapaki tangga kehidupan ini yang kian menanjak, walaupun saat ini belum mencapai titik tertinggi namun banyak kemudahan yang kami nikmati, bahkan sekarang aku menjadi pusat curhat buat keluarga-kelurga yang bermasalah. Lucu sekali bila membayangkan kakak-kakak yang sudah jadi opa oma bertengkar depan kami dan membuat kami jadi penengah. Melihat hal itu, aku selalu berdoa agar di usia tua kami selalu dikaruniai hikmat dan pengertian untuk dapat menjadi teladan bagi anak cucu kami, bukan malah jadi tontonan lucu.
Menurut mitos, orang tua bila menjadi tua akan jadi seperti anak kecil lagi, tapi aku selalu mengatakan itu hanya mitos, yang seharusnya adalah makin tua makin bertambah hikmat, pengetahuan dan pengertian dalam hidup ini, dan dapat mengajarkannya kepada yang muda.
Memasuki tahun ke 10 usia pernikahan kami rasanya ada banyak hal yang ingin kusyukuri, dan melupakan sedikit hal yang menyusahkan hati. Sesuatu yang baik adalah tepat dihari ulang tahun pernikahan kami yang ke 10, putri tercintaku berusia 7 tahun.
Tahun ini adalah tahun yang perlu disyukuri, walaupun BBM naik dan semua harga melonjak naik namun kami tetap dapat mengatasi segala sesuatu yang terjadi dengan kesederhanaan yang menjadi gaya hidup kami, jadi tidak ada kendala yang berarti.
Jadi begitulah fungsi sebagai IRT yang berkwalitas, mampu mengadakan apa yang tidak ada menjadi ada, mengatur apa yang ada menjadi bersisa dan mengelola apa yang tersisa menjadi berharga, terus dan terus, sedikit demi sedikit.
GAYA HIDUP SEDERHANA ADALAH KUNCI UNTUK MENAPAK HARI ESOK DENGAN OPTIMIS DAN LEBIH BAIK.

Tidak ada komentar: