Rabu, 07 April 2010

Membenci dan tidak membenci

Baju kesayanganku rusak oleh strika panas dengan bentuk strika, melihat itu aku langsung marah, namun aku katakan pada diriku sendiri," tenang, jangan marah, berfikirlah dengan jernih untuk mengatasi masalah ini". Setelah berhasil menenangkan diri aku memanggil si pelaku, siapa lagi kalau bukan pembantu, berkali-kali aku berpesan untuk dia hati-hati bila menggosok baju namun diabaikan begitu saja, beberapa helai sudah rusak dan dengan ringan dia minta menggantinya dengan harga seadanya, dan menjadikan baju yang dirusak sebagai miliknya dan kali ini, baju kesayanganku !
Kutenangkan diriku dan kutanya dia dengan suara datar, jawabannya ringan : "tidak tahu" sambil berjalan pergi hendak meneruskan pekerjaan. Kurang ajar, pikirku. Masih kutenangkan diriku lalu aku panggil dia untuk bicara, akhirnya dia mengakui prilakunya dan seperti biasa meminta baju tersebut dengan penggantian biaya. Aku mulai kesal, jangan-jangan dia sengaja merusak bajuku dan memintanya dengan mengganti biaya seadanya. Aku tegaskan padanya untuk hati-hati dan memotong gajinya sebagai sanksi dengan tujuan agar dia berhati-hati, tetapi dia menjawab dengan tanpa merasa bersalah dan malah bernada menyalahkan. Bukannya mengakui, dan meminta maaf malah bersikap seolah-oleh dia yang benar dan dituduh. Pembantu di rumahku hanya dia yang menggosok baju lalu siapa pelakunya bila bukan dia. Jujur, aku jadi marah dan berteriak padanya, akhirnya dia mengalah dan mengatakan manusia tidak ada yang sempurna. Ya ampun .......... orang ini memang merasa super rupanya.

Lama aku berfikir dengan galau, tidak biasa aku memecat pembantu, semua pembantu biasanya keluar karena alasan menikah. Hanya pembantu yang super badung yang terpaksa aku pulangkan tapi kali ini............ aku mencium gelagat buruk. Dalam kegalauan aku berdoa meminta petunjuk untuk keputusan yang tepat. Akhirnya aku putuskan memecatnya dengan membayar sisa gajinya berikut uang tambahan. Ketika keputusan telah aku ambil tiba-tiba aku merasa damai........ kegalauan yang dari tadi menyelimutiku dan membuatku gundah, hilang begitu saja. Walau tidak ada kata-kata aku yakin keputusanku ini yang terbaik, walau setelah itu aku harus melakukan segala sesuatunya sendiri untuk sementara waktu, namun aku percaya ada yang baik dibalik itu semua. Aku panggil dia dan kubayar kewajibanku dan berakhirlah sudah. Tampak ada kejutan yang ia rasakan, sebab ia tahu dengan jelas kesalahannya, ia tidak dihukum, malah diberi uang tambahan yang jumlahnya cukup besar. Aku tidak sedang membencinya tapi aku membenci perbuatannya, itu saja ! Semoga dia belajar sesuatu dari apa yang terjadi !

Tidak mudah memang untuk kita menunjukkan kebersihan hati pada orang lain, apalagi untuk orang-orang yang sudah punya pola pikir yang salah, rasialis misalnya, mereka cenderung melihat dari sisi buruknya namun syukurlah bila dalam hidup ini kita diawasi bukan saja oleh manusia yang sering salah dalam menilai, namun juga oleh sepasang mata yang tidak terlihat namun nyata, jadi selagi apa yang kita lakukan mendatangkan damai dan sejahtera artinya lakukanlah, lupakan dan berjalan maju, walaupun ada konsekuensi untuk sementara waktu namun pasti akan menjadi awal yang baik dalam babak baru. Inilah hidup.

Tidak ada komentar: