Senin, 12 Mei 2008

Doa Yang Sederhana

Jumat, 9 Mei 2008, aku sedang duduk di meja makan sambil menyantap makanan apa adanya yang ada di atas meja makan, jam belum menunjukkan waktu makan siang, namun karena perutku sudah terasa lapar maka aku memilih makan siang sebelum waktunya.
Makanan yang sederhana yang menemani makanku tiba-tiba mengingatkanku pada kakak lelakiku yang ada di Batam. Aku mengenang betapa seringnya dia mengirimiku uang dalam jumlah yang tidak sedikit, aku bersyukur untuk itu, kupikir Tuhan telah mengirim dia untuk memberkatiku namun tiba-tiba aku mengingat pola makannya.
Dia memiliki banyak uang dan mampu membeli makanan apa saja, namun kesehatannya saat ini telah membuat dia harus membatasi makanan kolestrol tinggi, juga mengingat usianya.
Tiba-tiba aku mengingat kejadian beberapa waktu yang lalu ketika dia masuk rumah sakit, pingsan dan tidak bangun hingga malam, istrinya yang panik hanya bisa menangis. Saat itu yang dapat kulakukan hanya berdoa, setelah selesai aku merasa dia pasti akan sembuh lalu kutelpon istrinya dan mengatakan apa yang aku percaya, dia akan sembuh. Dan itu terjadi.
Tiba-tiba ada seruan dalam hatiku untuk saudaraku itu, "Tuhan........... lindungilah dia, tolong jagai dia, berkati kesehatannya, jangan ijinkan dia meninggal dalam usia muda, anak-anaknya masih kecil dan masih belum ada yang dapat meneruskan usahanya, aku percaya Engkau akan menyertai dan melindunginya Tuhan".
Doa itu yang tiba-tiba mengalir dari dalam mulutku begitu saja.

Minggu sore, 11 Mei 2008, aku baru selesai mandi dan ingin beristirahat sejenak untuk kemudian akan pergi ke rumah teman yang baru saja kehilangan opanya, tiba-tiba aku menerima sms dari saudara perempuanku mengenai kecelakaan pesawat, kemudian dia menelponku dan menceritakan dengan serunya bagaimana abangku lolos dari kecelakaan pesawat, kutanya kapan kejadiannya? jumat sore katanya.
Selesai menerima telpon aku membaca sms masuk dari abangku.
"Hampir hampir kita tidak akan berjumpa lagi untuk selamanya, pesawat yang kutumpangi meledak." demikian bunyi sms itu.
Segera kutelpon abangku dan mendengar dia menuturkan kisahnya dengan haru bagaimana dia ketakutan karena pesawat merpati yang dia tumpangi dari Batam menuju Jambi mengalami gangguan dan hampir-hampir terjun bebas ke laut. Betapa besar rasa syukurnya karena akhirnya selamat dari maut.
Aku bertanya padanya "kapan hal itu terjadi?" Jumat sekitar jam 5 sore jawabnya.
Aku ceritakan apa yang aku serukan jumat pagi saat makan padanya.
Dan kami sama-sama bersyukur.

Hal yang dapat aku pelajari adalah : "jangan abaikan perasaan yang timbul sesederhana apapun itu, berdoalah jika terdorong untuk berdoa, lakukanlah sesuatu jika terdorong untuk melakukannya karena kita tidak tahu bahwa tidak jarang hal itu datang dari Tuhan untuk orang-orang yang kita dan Ia kasihi.
Satu doa yang sederhana telah menyelamatkan jiwa orang yang kukasihi dan karena orang yang kukasihi banyak orang dalam pesawat itupun terluput dari maut.
Berita ini dimuat di koran Batam, kompas dan beberapa media lainnya.

Kamis yang lalu aku sempat menangis saat menelpon teman yang kehilangan papanya karena kecelakaan, hari minggu ini aku hendak pergi ke rumah teman yang baru kehilangan opanya, sepulangnya dari sana aku mendengar berita dari teman yang lain bahwa papanya meninggal dunia, semua kejadian ini terasa mendadak.
Berita luputnya abangku dari maut membuatku bahagia, namun mendengar teman lain kehilangan orang yang mereka kasihi membuatku tak sanggup tertawa.
Inilah hidup, kita bahkan tidak tahu apa yang akan terjadi sedetik lagi.

Kematian telah memisahkan orang dari yang dikasihinya namun kematian juga akan mengingatkan kita akan arti kehidupan ini.
jadi, bila kita tidak tahu apa yang akan terjadi di depan, sepantasnyalah kita melakukan apa yang terbaik yang dapat kita lakukan sekarang.

Tidak ada komentar: