Kamis, 03 Januari 2008

Buah Hati

Memasuki bulan ke 4 tidak bekerja di kantor akhirnya saya dapat menata hati untuk rela meninggalkan segalanya demi sang buah hati.
Awalnya ketika harus di rumah setiap hari, mengerjakan tugas-tugas rumah tangga sendiri, terjebak oleh rutinitas yang itu-itu lagi, rasanya bukanlah hal-hal yang mudah untuk dilewati. Kejenuhan, rasa tidak produktif, keletihan dan kesepian melanda hampir setiap hari.
Namun setelah melewati kurun waktu ini akhirnya saya dapat menyesuaikan diri dan menata segala prioritas kembali. Semula hampir saja saya berfikir ini seperti akhir dari segalanya, rasa bosan dan tak berarti membuat saya merasa selesailah sudah perjalanan hidupku sampai disini. Terdengar frustasi, ingin segera berlari mencari kerja baru, ditempat yang baru, menguji nyali dan kemampuan lagi, tetapi ................. anak, menjadi penghalang. Baru saja ia mendengar pembicaraanku di telpon dengan seorang teman mengenai pekerjaan yang baru, dia langsung menanyakan dan menangis. Melihat air mata yang berlinang deras dipipi kecilnya membuatku tak tega untuk mencari kerjaan baru.
Bermula dari situ akhirnya saya memutuskan untuk tetap dirumah dan mencoba membangun pekerjaan sambil lalu, hitung-hitung mengusir kejenuhan dan tetap mengasah otak. Mendengar hal itu anakku terlihat tenang, wajah polosnya menunjukkan keceriaan.
Saat ini saya mulai menikmati saat-saat asik bersama si buah hati.
Suatu hari dia berkata: mamie.............. aku selalu sepi, kenapa tidak ada adik .............. hah?!?!

Tidak ada komentar: